BAGAIMANA ORANG ISLAM MELIHAT ORANG NON ISLAM
Pada tanggal 24 September 2015, pukul 16: 12, Gunawan Budi Utomo memposting
tulisan, yang ada di situs Islam Toleran, di grup facebook AHOK 4 DKI 1. Judul tulisan itu, “Fantastis! Gubernur
yang Suka Diteriaki Kafir oleh FPI Ini Berkurban 30 Ekor Sapi”. Tulisan ini mau
mengatakan tentang Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau biasa disapa Ahok, yang menyumbang 30 ekor sapi pada hari raya Idul Adha.
Dari postingan ini muncul berbagai tanggapan yang bernada pro dan kontra.
Dari sini orang dapat menarik satu kesimpulan bagaimana orang islam menyikapi
orang non muslim, yang notabene adalah kafir. Dari sekian banyak postingan, kami
akan mengambil postingan dari Lina AR Nasution, yang begitu banyak mengemukakan
pendasaran quranis sikap umat islam terhadap orang non islam.
Pada pukul 18: 23, masih tanggal yang sama dengan postingan Gunawan Budi
Utomo, Lina memberikan dasar-dasar Al-Quran, yang dapat menjadi dasar sikap
orang islam terhadap orang kafir. Intinya adalah muslim haram memilih pemimpin kafir
1. Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin
QS Ali ‘Imraan: 28, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil
orang-orang kafir menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung), dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.
Dan hanya kepada Allah kembali(mu).”
QS An-Nisaa’: 144, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung) dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu)?”
QS Al-Maaidah: 57, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah
ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik)). Dan bertakwalah
kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman
2. Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin walau kerabat
keluarga sendiri.
QS At-Taubah: 23, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu
jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung)
jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara
kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
QS Al-Mujaadilah: 22, “Kamu tak akan mendapati kaum yang
beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau
anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka
ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
3. Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia
QS Ali ‘Imran: 118, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
QS At-Taubah: 16, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
dibiarkan sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang
berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman setia selain Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan
4. Al-Quran melarang saling menolong dengan kafir
QS Al-Qashash: 86, “Dan kamu tidak pernah mengharapkan agar
Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang
besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi
orang-orang kafir.”
QS Al-Mumtahanah: 13, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah
putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah
berada dalam kubur berputus asa.”
5. Al-Quran melarang menaati orang kafir
QS Ali ‘Imran: 149 – 150, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke
belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah
Allah), Allah-lah pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik penolong.”
6. Al-Quran melarang beri peluang kepada orang kafir
QS An-Nisaa’: 141, “…, dan Allah sekali-kali tidak akan
memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.”
7. Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai
pemimpin adalah munafiq
QS An-Nisaa’: 138 – 139, “Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ
bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
8. Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai
pemimpin adalah Zalim
QS Al-Ma’idah: 51, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu),
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang ZALIM.”
9. Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai
pemimpin adalah fasig
QS Al-Ma’idah: 80 – 81, “Kamu melihat kebanyakan dari mereka
tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah
kepada mereka dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman
kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi),
niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi
penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ.
10. Al-Quran menilai bahwa
umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah sesat
QS Al-Mumtahanah: 1, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu
sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang;
padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah,
Tuhanmu. Jika kamu benar-banr keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari
keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara
rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa sayang. Aku lebih
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan
barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah
TERSESAT dari jalan yang lurus.
11. Al-Quran mengancam azab
bagi yang jadikan kafir sebagai pemimpin/teman setia
QS Al-Mujaadilah: 14 – 15, “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang
menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan
dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan mereka bersumpah
untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan
bagi mereka AZAB yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah
mereka kerjakan.”
12. Al-Quran mengajarkan doa
agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang kafir
QS Al-Mamtahana: 5, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan
kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Demikianlah 12 poin yang menjadi pendasaran sikap orang islam terhadap
orang kafir. Duabelas poin ini merupakan perintah Allah, bukan nabi, karena
Al-Quran merupakan sabda Allah yang langsung turun dari sorga. Menjadi
pertanyaan kita sekarang adalah siapa itu orang kafir?
Dari diskusi dengan topik kurban Ahok ini, kita juga dapat mengetahui siapa
yang disebut kafir itu oleh Allahnya orang islam. QS Al-Ma’idah: 72 dan 73
jelas-jelas merujuk orang Kristen, karena iman mereka akan Yesus sebagai Tuhan
Allah dan pengakuan iman akan trinitas. Akan tetapi, sekalipun orang Hindu,
Buddha, Konghu chu dan Yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan, tetap juga mereka
masuk kategori kafir. Kenapa bisa begitu?
Melalui postingan Iqmal Putra Hayat pada 25 September 2015, pukul 13: 24,
kita dapat mengetahui dasar pengkafiran orang Hindu, Buddha, Konghu chu, Yahudi
dan lainnya. Dalam postingan itu, Iqmal memberikan 4 bentuk kafir dengan dasar
Al-Qurannya:
1. Kafir Harbi, yaitu kafir yang memusuhi islam.
Dasarnya adalah QS At-Taubah: 107, “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada
orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang
yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang yang
beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah
dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya
menghendaki kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam
sumpahnya).”
Ayat ini sering dipakai umat islam untuk
mencurigai itikad baik orang lain. Segala itikad baik orang selalu dinilai
dusta, karena Allah sudah mengatakan demikian. Karena itu, ketika ada orang
kafir mengulurkan tangan, selalu ditolak, karena itu hanyalah dusta. Ada udang
di balik batu.
2. Kafir ‘Inad, yaitu kafir yang mengenal Tuhan dengan
hati dan mengakui-Nya dengan lidah, tetapi tidak mau menjadikannya sebagai
suatu keyakinan karena ada rasa permusuhan, dengki dan semacamnya. Dasarnya
adalah QS Hud: 59, “Dan itulah peristiwa kaum Aad mereka mengingkari ayat-ayat
keterangan Tuhan mereka, serta mereka menderhaka kepada Rasul-rasulnya; dan
mereka menurut perintah tiap-tiap penguasa yang sewenang-wenang menentang
kebenaran.”
3. Kafir Ingkar, yaitu yang mengingkari Tuhan secara
lahir dan batin, rasul-rasulnya serta ajarannya. Ada dua dasarnya. QS
Al-Baqarah: 212, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang
kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertakwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezki
kepada orang-orang yang Dia kehendaki tanpa batas.” QS An Nahl: 107, “Yang
demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia
daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.”
4. Kafir Kitabi, yaitu mereka yang yakin beberapa
kepercayaan pokok islam, tapi kepercayaan mereka tidak utuh, cacat dan parsial.
Sederhananya, mereka yang menolak Nabi Muhammad dan Al-Quran. Iqmal tidak
memberikan dasar biblis untuk kategori kafir ini.
Dari 4 jenis kafir di atas, dapat disimpulkan bahwa kafir adalah
orang-orang yang berada di luar islam, karena tidak menerima islam. Sekalipun
orang Kristen, Hindu, Buddha, Yahudi percaya akan Tuhannya, tetap saja mereka
kafir karena tidak menerima Tuhannya islam dan Muhammad. Padahal ada banyak
alasan kenapa orang tidak mau menerima. Misalnya saja, mungkin orang tidak mau
menerima konsep Tuhannya islam yang penuh kebencian, permusuhan, paranoid dan
menakutkan. Mungkin orang tidak mengakui kenabian Muhammad karena catatan
sejarahnya yang buruk, seperti kepala perampok, membantai dua suku Yahudi
secara sadis, nafsu besar sehingga anak kecil (Aisyah belum genap 10 tahun,
Safiyah berumur 17 tahun) dan menantunya (Zainab bin Jash) pun dinikahi.
Namun yang menarik adalah, sekalipun dikatakan kafir, belum pernah
terdengar orang Buddha, Hindu, Kristen dan lainnya menyebut islam itu kafir.
Sangat menarik jawaban Fajar dalam polemiknya dengan Iqmal (baca di sini),
ketika menjawab pertanyaan Iqmal tentang apa sebutan untuk orang yang tidak
seiman. Fajar menulis, “Orang Kristen menyebut orang beragama islam sebagai orang
islam… Orang Hindu bilang orang beragama islam sebagai orang islam. Orang
Buddha sebuat orang beragama islam sebagai orang islam…” Orang non islam tidak
menyebut orang islam sebagai kafir. Mungkin Tuhannya tidak membolehkan umat-Nya
mengkafirkan orang lain, atau karena tidak punya konsep itu.
Satu pertanyaan, setelah memahami bagaimana umat islam menyikapi umat non
islam, adalah dapatkan toleransi dibangun dengan umat islam di semua negara
yang plural? Rasanya sangat mustahil, karena salah satu dasar terwujudnya
toleransi adalah kesamaan kedudukan dan adanya sikap saling menghargai. Dari
uraian di atas terlihat begitu jelas bahwa di mata umat islam, orang non islam
berkedudukan lebih rendah. Tidak ada sikap menghargai perbedaan dalam diri
orang islam. Di samping itu, Tuhan juga sudah melarang umat-Nya untuk bergaul
dengan orang non islam. Kalau sudah begini, bagaimana bisa terwujud toleransi?
Komentar
Posting Komentar