Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

TERORISME: KAMI SUDAH MUAK

Terorisme tak bisa dipisahkan dari islam . Inilah kesan yang selalu muncul ketika muncul aksi teror. Kalau tindakan tersebut dilakukan pihak lain, orang punya istilah lain. Misalnya, aksi penembakan para pekerja jalan trans Papua bukan dilakukan oleh para teroris melainkan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau biasa juga disebut organisasi Papua merdeka (OPM). Apakah ini suatu ketidak-adilan diksi? Di satu sini dapat dikatakan memang demikian, namun di sisi lain tidaklah demikian karena ada pembedanya . Kelompok kriminal bersenjata, tak terkecuali di Papua saja, melakukan aksinya atas dasar kepentingan politik atau ekonomi, sedangkan terorisme mendasarkan perbuatannya pada ajaran agama (silahkan baca Agama sebagai Roh Terorisme ).

REFLEKSI ATAS BUKU SEJARAH TEROR

CUKUP menarik kalau kita membaca buku “ SEJARAH TEROR: Jalan Panjang Menuju 11/9 ”. Buku ini ditulis Lawrence Wright dengan mewawancarai langsung pelaku-pelaku sejarah tersebut, baik dari pihak teroris, Arab maupun Amerika. Ada lebih dari 500 narasumber yang diwawancarai. Karena itu benar apa yang dikatakan  The Wall Street Journal  bahwa buku ini “Didasari riset yang mendalam...”. Membaca buku ini, kita akan dicengangkan betapa ajaran islam dijadikan dasar tindak terorisme. Di banyak halaman buku ini diungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan berdasarkan ajaran Al-Qur’an. Lawrence Wright menulis bahwa para tokoh sentral teroris ini adalah juga orang yang teguh berpegang pada agamanya. Mereka mengaku sebagai islami, karena menerapkan ajaran islam. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Osama bin Laden merupakan prototipe Muhammad. Karena itulah, menjadi pertanyaan kita:  bagaimana bisa seseorang yang religius sekaligus juga teroris . Tapi itulah yang terjadi.