KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AN-NISA AYAT 157
Bagi umat islam, Alqur'an dilihat sebagai pusat bagi spiritualitas islam. Umat
islam menyakini Alqur'an langsung berasal dari Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang
dapat dibaca dalam QS as-Sajdah: 2 dan QS az-Zumar: 1 – 2, 41. Jadi, Allah
sendiri telah menyatakan bahwa Alqur'an merupakan perkataan-Nya. Karena itu, Alqur'an biasa juga dikenal sebagai kalam
Allah. Orang islam akan sangat menghormati Alqur'an. Mereka melihat Alqur'an sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Pelecehan terhadap Alqur'an sama saja dengan pelecehan kepada Allah atau penyerangan terhadap keluhuran Allah. Orang yang
melakukan hal itu harus dihukum berat dengan cara dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (bdk. QS al-Maidah: 33).
Umat islam tidak hanya melihat Alqur'an sebagai sesuatu
yang suci, karena sumbernya adalah mahasuci. Umat islam juga melihat Alqur'an sebagai sumber kebenaran karena Allah SWT, yang telah berkata-kata di dalamnya,
adalah mahabenar. Umat islam yakin akan kebenaran Alqur'an karena Allah sendiri
telah berkata, “Alqur'an itu kebenaran yang meyakinkan.” (QS al-Haqqah: 51).
Jadi, apa yang tertulis dalam Alqur'an tidak hanya suci tetapi juga benar.
Akan tetapi, kebenaran Alqur'an bukannya tanpa persoalan.
Ketika berhadapan dengan beberapa fakta, kebenaran Alqur'an seakan meragukan.
Salah satu contohnya soal kematian Yesus Kristus, atau yang dalam Alqur'an disebut Isa Almasih. Dalam QS an-Nisa: 157 tertulis: "Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya
kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal mereka
tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang
mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh
itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak yakin telah membunuhnya."
Alqur'an mau mengatakan
bahwa bukan Yesus yang mati di kayu salib, melainkan orang yang mirip dengan
Dia. Allah SWT membuat orang lain serupa dengan Yesus, dan itulah yang dikira
orang-orang Yahudi dan juga para pengikut Yesus sebagai Yesus benaran. Dan umat
islam yakin akan hal ini. Karena Alqur'an adalah kebenaran yang meyakinkan, maka
umat islam pun percaya bahwa yang mati di kayu salib bukan Yesus yang asli. Hal
ini semakin menambah keyakinan mereka akan kepalsuan Alkitab. Memang, Alqur'an sendiri sudah menyatakan bahwa kitab suci orang kristen dan Yahudi sudah
dipalsukan (QS al-Maidah: 41).
Kenapa Bukan Yesus yang Disalib?
Bisa dikatakan bahwa Alqur'an menolak kematian Yesus di
kayu salib. Dan umat islam meyakini hal itu. Bukan tidak mungkin ada orang
islam akan mengatakan bahwa orang kristen telah dibohongi Alkitab. Namun,
pertanyaan muncul, mengapa Alqur'an tidak mau menerima kematian Yesus di kayu
salib; atau kenapa bukan Yesus yang disalib.
Ada dua analisa yang bisa digunakan untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Pertama, Muhammad
tidak bisa menerima bentuk pengorbanan manusia sebagai penebusan. Pada zaman jahilliyah,
adalah biasa diadakan pengorbanan manusia untuk menyenangkan hati dewa.
Kebiasaan atau tradisi ini ditentang keras oleh Muhammad, dan dia berjuang
untuk menghapus praktek itu. Ada kemiripan antara praktek mengorbankan anak
manusia untuk menyenangkan hati dewa dengan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Apalagi Yesus sering menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia. Karena itulah,
Muhammad menolak pengorbanan seperti yang dilakukan Yesus. Terinspirasi dari
kisah Ibrahim yang mulanya hendak mengorbankan puteranya tapi kemudian diganti
dengan seekor domba jantan, demikian pula akhirnya dengan kisah penyaliban.
Yesus diganti dengan orang yang mirip dengan-Nya.
Kedua, Alqur'an tidak hanya melihat Yesus sebagai Rasul Allah,
tetapi juga sebagai orang yang suci (QS Maryam: 19). Semasa hidup-Nya, Yesus
banyak membuat mukjizat (QS Ali Imaran: 49; QS al-Maidah: 110) sehingga Dia
dilihat sebagai tanda bagi manusia dan rahmat dari Allah (QS Maryam: 21). Alqur'an juga melihat Yesus sebagai kalam Allah,
Roh Allah, orang yang terkemuka di dunia dan di akhirat (QS Ali Imran: 45; QS
an-Nisa 171). Intinya, Yesus adalah sosok yang luar biasa, tidak hanya dalam
hal manusiawi tetapi juga ilahi. Nah, rasanya
tak masuk akal jika sosok yang luar biasa ini mati konyol di kayu salib.
Kematian di kayu salib bukan sekedar menunjukkan kekonyolan tetapi juga
penghinaan. Sepertinya Alqur'an tidak bisa menerima penghinaan itu sehingga
akhirnya menyatakan bahwa yang mati di salib itu bukan Yesus tapi orang lain
yang mirip dengan-Nya.
Alqur'an vs Sejarah
Seperti yang telah dikatakan di atas, kebenaran Alqur'an menemui persoalan ketika berhadapan dengan fakta. Surah an-Nisa, yang bercerita
tentang kematian Yesus ini jelas-jelas bertentangan, bukan saja dengan
keyakinan iman umat kristiani, yang sudah tertulis dalam Injil, tetapi juga
dengan fakta sejarah. Bahwa yang mati di kayu salib itu adalah Yesus Kristus
merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
Kisah kematian Yesus di kayu salib dapat ditemui dalam
catatan sejarah, baik yang ditulis oleh orang kristen maupun orang non
kristiani. Tulisan kristen yang mengungkap kematian Yesus dapat dibaca dalam
keempat Injil dan juga surat Rasul Paulus yang pertama kepada jemaat di
Korintus. Sekedar diketahui, kelima kitab ini semuanya ditulis dalam abad
pertama. Peristiwa penyaliban tercatat terjadi pada tahun 33 Masehi, dan
sebelum tahun 100 Masehi keempat Injil dan surat Rasul Paulus sudah ada. Di
sana dengan tegas dan jelas dikatakan bahwa Yesus mati di kayu salib.
Bukti sejarah tentang kematian Yesus di kayu salib juga
dapat ditemui dalam catatan sejarah yang dibuat oleh orang-orang yang bukan
pengikut Yesus. Tacitus (56 M – 107
M) adalah seorang sejarahwan Romawi. Dia menulis, “Kristus ... menderita
hukuman ekstrem pada pemerintahan ....” Sekalipun tidak menyebut penyaliban,
hukuman ekstrem dimaknai demikian. Mar
bar Serapion adalah seorang filsuf Stoikisisme yang berasal dari Siria. Dia
menulis sekitar tahun 73 Masehi tentang pembunuhan Raja Bijaksana oleh orang
Yahudi. Meski tidak menyebut nama Yesus, Raja Bijaksana dimaknai demikian.
Catatan sejarah Serapion ini masih tersimpan di British Museum.
Seorang sejarahwan Yahudi abad pertama, Flavius Josephus, pada sekitar tahun 93 Masehi menulis The Antiquities of the Jews. Dalam tulisannya itu, Josephus terang
benderang menyebut nama Yesus dan juga jenis hukumannya. Seorang satiris
Yunani, Lucianus Samosata, (115 M –
200 M), pada sekitar tahun 165 menulis The
Death of Peregrinus. Dalam tulisanya itu terungkap catatan tentang orang
Palestina yang disalibkan.
Demikianlah beberapa catatan sejarah dari orang yang
bukan kristen. Dari keempat nama itu, 3 orang hidup dalam abad pertama dan
hanya satu yang jekas-jelas menyebut nama Yesus dengan penyaliban sebagai cara
kematian-Nya. Sekalipun 3 orang tidak menyebut secara jelas, namun para pakar
studi sejarah sepakat apa yang ditulis itu merujuk pada Yesus dengan
kematian-Nya di kayu salib. Salah satunya adalah Profesor Bart D. Ehrman, ahli
Kritik Tekstual Perjanjian Baru (PB), yang sangat skeptis terhadap kehandalan
PB dan bahkan menolak sama sekali doktrin-doktrin penting dalam iman kristiani.
Namun sebagai sejarahwan ia mengakui bahwa penyaliban Yesus tidak mungkin merupakan sebuah rekayasa.
Van Voorst, ketika mengkritisi Talmud
Babilonia, menegaskan bahwa yang
digantung di salib adalah Yesus. Sekedar diketahui Talmud Babilonia adalah
tradisi lisan yang dikumpulkan pada tahun 70 – 500 Masehi. Periode pertama
kompilasi ini terjadi pada rentang waktu 70 – 200 Masehi.
Semua uraian di atas (lebih
lanjut dapat dibaca di Sumber-SumberSejarah Kuno Non-kristen Mengenai Penyaliban Yesus atau Penyaliban dan Kematian Yesus), kisah kematian Yesus di kayu salib, terlihat jelas bertentangan
dengan Al-quran. Jika Alquran mengatakan bukan Yesus yang mati di kayu salib,
semua bukti sejarah menyatakan Yesus-lah yang mati di kayu salib. Semua bukti
sejarah ditulis pada abad pertama, masih dalam masa peristiwa penyaliban Yesus,
sedangkan Al-quran baru muncul sekitar abad delapan atau bahkan sembilan. Inilah
yang menjadi persoalan Al-quran.
Beberapa Catatan Kritis
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa ada
kesalahan historis dalam Alqur'an. Pernyataan Alqur'an bahwa bukan Yesus yang
mati di kayu salib, seperti yang tertulis dalam surah an-Nisa: 157, tidak
sesuai dengan catatan dan fakta sejarah. Karena itulah, kebenaran Alqur'an patut
dipertanyakan.
Ada beberapa catatan kristis soal hal ini. Pertama, jika memang benar Alqur'an berasal dari perkataan langsung Allah SWT, maka
haruslah dikatakan bahwa Allah SWT itu bodoh, karena Dia tidak
tahu padahal seharusnya tahu karena Dia mahatahu. Bagaimana mungkin Allah yang
mahatahu menjadi tidak tahu? Sejalan dengan ini, maka kedua, harus dikatakan bahwa Allah SWT anti sejarah. Alqur'an menolak kebenaran sejarah, dan menganggap kebenaran sejarah itu palsu. Alqur'an hanya menerima kebenaran yang berasal dari dirinya.
Ketiga, jika kita menerima bahwa Alqur'an merupakan wahyu Allah
SWT, maka haruslah dikatakan bahwa Allah sedang membohongi
Muhammad SAW. Membohongi berarti
menyembunyikan kebenaran. Dalam hal ini, kebenaran itu adalah Yesus sungguh
mati di kayu salib. Dan inilah yang disembunyikan Allah. Kenapa Allah
menyembunyikannya? Allah SWT itu maha mengetahui (QS al-Mujadilah: 7). Dia tahu
bahwa jika disampaikan kebenaran maka akan timbul kegoncangan dalam diri
Muhammad. Allah SWT tahu, karena Dia maha mengetahui, bahwa Muhammad belum siap
menerima kebenaran. Karena itulah, Allah terpaksa berbohong dengan mengatakan
bahwa yang mati di kayu salib adalah orang yang mirip dengan Yesus.
Keempat, jika Alqur'an memang merupakan wahyu Allah SWT, dan apa
yang tertulis dalam surah an-Nisa: 157 tentang peristiwa penyaliban adalah
sebuah kebenaran, maka ada 4 pertanyaan kritis.
1.
Siapa nama orang yang
menyerupai Yesus di kayu salib itu? Jika Allah sungguh maha mengetahui,
seharusnya Allah langsung menyebutkannya. Kenapa Allah tidak mau
menyebutkannya?
2.
Apa kesalahan orang
itu sehingga dijadikan tumbal kematian Yesus di kayu salib? Kenapa orang yang
tidak bersalah dibunuh sebagai tumbal? Betapa kejam dan tak adilnya Allah
seperti itu.
3.
Dengan mengatakan
bahwa yang mati di salib itu adalah orang yang mirip dengan Yesus, terlihat bahwa
Allah sedang menipu orang banyak waktu itu. Kenapa Allah memakai tipu-tipuan
segala? Apakah Allah takut dengan orang sehingga tidak berani terang-terangan?
4.
Darimana Alqur'an tahu
bahwa orang-orang tidak memiliki keyakinan bahwa yang dibunuh itu adalah Yesus,
padahal Akitab dan catatan sejarah menegaskan bahwa Yesus-lah yang disalibkan?
Dari catatan kritis satu hingga empat, kita akhirnya
sampai pada kelima, pernyataan Alqur'an itu berasal dari Allah SWT harus
diragukan. Alqur'an bukanlah wahyu Allah. Bagaimana
mungkin Allah yang sempurna dan mahatahu bisa keliru/salah dalam memberi
informasi. Karena itu, dapatlah dikatakan
bahwa semua ini hanyalah karangan Nabi Muhammad saja. Kenapa Muhammad
menolakan kematian Yesus di kayu salib, yang jelas-jelas bertentangan dengan
fakta sejarah? Uraian kenapa bukan Yesus yang disalibkan di atas kiranya bisa
menjawab masalah ini.
Komentar
Posting Komentar