MELIHAT AKHIR HIDUP ISA AL-MASIH
ISA AL-MASIH merupakan salah satu tokoh besar yang sangat berpengaruh setidaknya bagi dua agama besar dunia, yaitu islam dan Kristen. Jika sebutan Isa lebih popular di kalangan islam, di kalangan kristiani dikenal dengan nama YESUS. Di mata umat kristiani, Yesus diimani sebagai Allah yang menjadi manusia. Bagaimana dan kenapa Allah menjadi manusia, memang merupakan pertanyaan teologis sekaligus menjadi misteri. Pertanyaan itu pas-nya ditujukan kepada Allah. Hanya Allah saja yang tahu kebenaran persisnya. Sementara itu, umat islam menghormatinya sebagai nabi. Dia mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi lain dalam islam, bahkan termasuk nabi Muhammad SAW. Alqur'an mencatat kalau Dia adalah kalam dan Roh Allah (QS an-Nisa: 171; bdk QS Ali Imran: 45).
Bagaimana
orang non islam dan non kristen melihat Isa atau Yesus? Bagi mereka siapa Yesus
itu? Sekalipun tidak menganggap-Nya sebagai Allah atau nabi, namun banyak orang
menghormati-Nya sebagai tokoh bijaksana, tokoh moral. Ada yang menyebut-Nya
sebagai Guru Moral atau Kebijaksanaan. Ada pula yang mengaitkannya dengan Sophia, salah satu konsep filosofis,
yang sederhananya dimaknai dengan kebijaksanaan dan kebenaran.
Kematian
Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 33 Masehi. Bagaimana cerita akhir hidup
Yesus? Berikut ini dikutip beberapa informasinya.
1. Paulus
Paulus
merupakan salah satu Rasul Kristus, meski baru menjadi pengikut Yesus beberapa
tahun setelah peristiwa Yesus naik ke sorga. Diperkirakan ketika Yesus wafat
(33 Masehi), Paulus berusia 23 tahun. Tapi tidak ada informasi apakah dia
menyaksikan secara langsung peistiwa tersebut. Sejak menjadi Rasul Kristus,
Paulus banyak mengadakan perjalanan dan menulis surat pastoral untuk mewartakan
Yesus. Ia mati sebagai martir sekitar tahun 67 Masehi. Antara tahun 56 – 57
Masehi, Paulus menulis surat untuk jemaat di Filipi. Dalam sebuah halaman surat
itu, Paulus menulis:
Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus
Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib. (Filipi 2: 5 – 8)
2. Petrus
Petrus
termasuk rasul yang dipilih langsung oleh Yesus. Dia pernah hidup bersama
dengan Yesus, namun saat kematian-Nya dia melarikan diri. Setelah Yesus naik ke
sorga, Petrus menerima tugas sebagai pemimpin kelompok para rasul. Sama seperti
Paulus, Petrus juga meninggal sebagai martir kira-kira tahun 67 Masehi. Ada dua
surat yang ditulis Petrus. Surat pertama diperkirakan ditulis dalam tahun 65
Masehi. Dalam suratnya yang pertama, secara implisit Petrus mengatakan kematian
Yesus di kayu salib.
Sebab untuk itulah
kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. …… Ia sendiri
telah memikul dosa kita di dalam
tubuh-Nya di kayu salib. (1Petrus 2: 21 – 24).
Frase yang ditebalkan ini
mengungkapkan peristiwa kematian Yesus (dalam surat ini dipakai kata “Kristus”)
di kayu salib, karena kematian-Nya dimaknai sebagai penebusan dosa.
3. Injil
(Markus, Matius, Lukas dan Yohanes)
Ada
4 Injil, yang semuanya mengisahkan peristiwa kematian Yesus di kayu salib
dengan agak detail. Nama Injil itu disesuaikan dengan nama penulisnya. Keempat
penulis Injil ini diyakini hidup pada saat Yesus wafat di kayu salib, dengan
usia antara 20 – 30 tahun. Bahkan ada di antaranya diyakini sebagai saksi
langsung (Yohanes). Injil Markus diyakini sebagai Injil yang tertua, ditulis
pada tahun 64 Masehi. Kisah kematian Yesus dipaparkan dalam Markus 15: 20 – 41.
Markus mengutip perkataan Yesus di atas salib dalam ayat 37, “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring
dan menyerahkan nyawa-Nya.” Apa yang ditulis Markus ini mirip seperti yang
ditulis oleh Matius, “Yesus berseru pula
dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.” (ay. 50). Injil Matius,
yang ditulis dalam tahun antara sebelum 70 Masehi hingga sebelum 80 Masehi,
memaparkan kisah kematian Yesus dalam 27: 32 – 56.
Sedikit
berbeda dengan Markus dan Matius, Lukas menguraikan detail apa yang diserukan
Yesus di atas salib. Tidak diketahui pasti kapan Lukas menulis kitabnya, namun
yang pasti kitab itu ditulis dalam tahun sebelum 70 Masehi hingga sebelum tahun
80 Masehi. Kisah kematian Yesus diurai oleh Lukas dalam 23: 33 - 49. Lukas
memberikan sedikit detail akhir hidup Yesus itu pada ayat 44 – 46:
Ketika itu hari sudah
kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam
tiga, sebab matahari tidak bersinar. … Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring,
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian
Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Sama seperti Injil Lukas,
Injil Yohanes pun tidak diketahui persis kapan ditulis. Para ahli sepakat bahwa
Injil ini ditulis dalam tahun antara 80 – 100 Masehi. Kisah kematian Yesus
diurai dalam Yohanes 19: 16 – 30. Akhir hidup Yesus sedikit berbeda dari Lukas.
Yohanes menulis:
Sesudah Yesus meminum
anggur asam itu, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya.
Meski terdapat perbedaan
akhir cerita hidup Yesus, namun satu kepastiannya adalah Yesus mati di kayu salib. Fakta inilah yang diwartakan Petrus dan
Paulus dalam surat mereka.
4. Lukas
Selain
menulis Injil, Lukas menulis juga satu kitab lain yang diberi nama Kisah Para Rasul. Dalam kitab ini Lukas
menceritakan perjalanan hidup para murid Yesus setelah Dia naik ke sorga. Kita
tidak tahu persis kapan kitab ini ditulis, namun yang pasti kitab ini ditulis
sebelum tahun 100 Masehi. Tentang kisah akhir hidup Yesus, Lukas mengutip
perkataan para rasul. Misalnya, kotbah Petrus pada peristiwa Pentakosta (Kis.
2: 14 – 36). Dalam kotbah itu ada dua kali pernyataan tentang akhir hidup Yesus.
“Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh… “ (ay. 23). Ayat lain, “…. Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (ay. 36).
Perkataan Petrus ini kembali tercatat ketika Petrus memberikan pembelaan di
hadapan Mahkamah Agama (Kis. 4: 1 – 22):
Maka ketahuilah oleh
kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus,
orang Nazaret, yang telah kamu salibkan,
tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati… (ay. 10)
Selain mengutip perkataan
Petrus, Lukas juga mengutip kotbah Paulus di rumah ibadah di Pisidia (Kis. 13:
16 – 47). Dalam kotbah itu Paulus mengisahkan akhir hidup Yesus:
Sebab penduduk
Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia,
….Dan setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia,
mereka menurunkan Dia dari kayu salib,
lalu membaringkan-Nya di dalam kubur. (ay. 27, 29)
Dari kotbah Paulus itu dapat
dipastikan bahwa akhir hidup Yesus adalah mati
di kayu salib.
POIN 1 hingga 4 merupakan
informasi yang bersumber dari orang Kristen. Perlu diketahui bahwa sekalipun
tidak termasuk dalam kategori saksi langsung (kecuali Yohanes) para sumber ini
hidup pada waktu Yesus mati. Mereka semua rata-rata berusia 20-an tahun. Dan
mereka semua sama-sama mengatakan Yesus
mati di atas kayu salib. Dengan kata lain, mereka semua mau mengatakan
bahwa yang mati di kayu salib itu adalah sungguh Yesus.
Sekalipun mengungkapkan fakta sejarah, namun yang hendak
disampaikan bukan kisah sejarah tetapi pesan teologi. Para penulis di atas
tidak pernah bermaksud menceritakan “sejarah” sebagaimana dipahami kebanyakan
orang. Karena itulah, sumber-sumber di atas tidak termasuk dalam kategori buku
sejarah, tetapi sebagai buku iman.
Bagaimana dengan sumber yang
berasal bukan dari orang Kristen? Berikut ini dikutip beberapa informasi
tentang hal itu (kami mengacu pada tulisan "Sumber-sumber Sejarah Kuno Non-Kristen Mengenai Penyaliban Yesus").
5. Tacitus
Tacitus
adalah sejarahwan Romawi yang hidup dalam tahun 57 – 107 Masehi. Dia menulis
buku sejarah pada awal abad II dengan judul Annals,
yang mengungkap kejadian-kejadian historis pada tahun 14 – 68 Masehi. Dalam
salah satu halaman bukunya Tacitus menulis:
…. Nero fastened the
guilt and inflicted the most exquisite tortures on a class hated for their
abominations, called Christians by the populace. Christus, from whom the name had its origin, suffered the extreme
penalty under the reign of Tiberius at the hand of one of our procurators,
Pontius Pilate…
Para ahli sejarah sekarang
sepakat bahwa istilah “extreme penalty”
dalam tulisan Tacitus dipahami dengan hukuman salib. Sekalipun tidak
menggunakan kata “Yesus”, namun kata “Kristus” sudah dipahami sebagai Yesus. Di sini mau dikatakan bahwa yang
disalibkan itu adalah Yesus.
6. Mar
bar Serapion
Mar
bar Serapion adalah seorang filsuf Stoiksisme dari Siria. Pada sekitar tahun 73
Masehi ia menulis surat, dimana dia membandingkan kematian Yesus dengan
kematian Sokrates dan Pythagoras. Ia menulis:
What advantage did
the Athenians gain by murdering Socrates, for which they were repaid with
famine and pestilence? Or the people of Samos by the burning of Pythagoras,
because their country was completely covered in sand in just one hour? Or the Jews (by killing) their wise king,
because their kingdom was taken away at that very time?
Mar bar Serapion memang tidak
secara eksplisit menyebut nama Yesus, namun ahli sejarah modern sepakat bahwa
istilah “the wise king” dipahami
sebagai sosok Yesus. Sekalipun tidak disebutkan bagaimana kematian atau proses
pembunuhan itu, mengingat surat tersebut ditulis pada tahun 73 Masehi, maka
ahli sejarah sepakat bahwa kematian atau pembunuhan atas “the wise king” terjadi di kayu salib.
7. Flavius
Josephus
Flavius
Josephus adalah sejarahwan Yahudi abad pertama. Salah satu buku sejarahnya,
yang ditulis sekitar tahun 93 Masehi, berjudul The Antiquities of the Jews. Melihat tahun penulisan buku ini,
dapat dipastikan Flavius hidup saat peristiwa kematian Yesus. Bisa saja dia ada
saat peristiwa itu. Dalam salah satu halaman buku itu, Flavius menulis:
Now there was about
this time Jesus, a wise man, … He drew over to him both many of the Jews and
many of the Gentiles … And when Pilate, at the suggestion of the principal men
amongst us, had condemned him to the cross.
Informasi dari Flavius ini
begitu terang benderang. Dia jelas-jelas menyebut nama Yesus, sebagai orang bijaksana
(bandingkan dengan Mar bar Serapion yang memakai istilah “Raja Bijaksana”),
dan juga salib. Catatan Flavius ini
dimaknai sebagai peistiwa Yesus mati di
kayu salib. Dengan kata lain, Flavius membenarkan bahwa yang mati di kayu
salib itu adalah sungguh Yesus.
8. Lucianus
dari Samosata
Lucianus
adalah seorang satiris Yunani yang sangat terkenal pada abad kedua Masehi.
Sekitar tahun 165 dia menulis buku dengan judul The Death of Peregrinus. Sekalipun buku ini bercerita tentang
Peregrinus, seorang pengikut Kristus, pada salah satu halaman buku itu Lucianus
menulis:
During this period
(Peregrinus) associated himself with the priest and scribes of the Christiansin
Palestine, and learned their astonishing wisdom. Of course, in a shot time he
made them look like children, he was their prophet, leader, head of the synagogue,
and everything, all by himself. He explained and commented on some of their
sacred writings, and even wrote some himself. They looked up to him as a god,
made him their lawgiver, and chose him as the official patron of their group,
or at least the vice-patron. He was second only to that one whom they still worship today, the man in Palestine who was
crucified because he brought this new form of initiation in to the world.
Dalam kutipan di atas memang
hanya ditulis peristiwa penyaliban,
tidak ada nama Yesus, namun kata-kata pada kalimat yang ditebalkan di atas
hendak mengatakan bahwa orang Palestina yang masih disembah dan yang disalibkan
itu adalah Yesus. Jadi, Lucianus hendak membenarkan bahwa Yesus sungguh disalibkan, dan ini terkait juga dengan kematian-Nya.
9. Muhammad
Muhammad
adalah nabi yang paling disanjung dan dimuliakan umat islam. Penghinaan
terhadapnya dapat berarti maut. Dia hidup di Arab pada tahun 570 – 632 Masehi (lebih
dari 500 tahun setelah kematian Yesus). Muhammad baru menjadi nabi pada sekitar
tahun 597, dalam usia 27 tahun. Ketika tampil sebagai nabi, Muhammad banyak
menyampaikan wahyu, yang diklaim berasal dari Allah SWT. Wahyu-wahyu itu
kemudian dibukukan dengan nama Al-Quran. Harus diakui bahwa Al-Quran bukanlah
sebuah kitab yang ditulis sekali jadi dalam satu waktu. Al-Quran dipercaya
berisi kumpulan wahyu Allah yang diturunkan secara
bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Banyak di antara wahyu itu menyebut
nama Isa Almasih, sebagai ganti nama Yesus. Dalam salah satu wahyu diceritakan
tentang akhir hidup Yesus:
Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka
tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu
(siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti
persangkaan belaka, mereka tidak yakin telah membunuhnya.
(QS an-Nisa: 157).
Dari kutipan
di atas, dengan memperhatikan cetak tebal, dapatlah dikatakan bahwa Yesus tidak
disalibkan dan tidak dibunuh; yang mati di kayu salib adalah orang yang mirip
dengan-Nya. Jika benar tidak disalibkan, berarti Yesus tidak ada di Golgota
(tempat penyaliban). Kita bisa mengajukan pertanyaan: sejak kapan pergantian
peran itu terjadi? Yang pasti Muhammad memberi kita informasi bahwa Yesus tidak disalibkan dan juga tidak mati di kayu salib.
DEMIKIANLAH sumber-sumber
yang mengungkapkan akhir hidup Yesus. Membaca informasi-informasi di atas, kita
menemukan satu sumber yang lain dari pada lainnya. Ketika sumber-sumber lain
sepakat mengatakan akhir hidup Yesus ada
di kayu salib, satu sumber, yaitu Alqur'an, malah mengatakan Yesus tak ada di kayu salib. Perlu
diketahui jarak waktu penulisan sumber-sumber itu, baik sumber dari penulis
kristiani maupun penulis non kristiani, sangat
dekat dengan peristiwa salib (ada dalam rentang waktu 56 – 165 Masehi). Bahkan
ada di antaranya penulis dari sumber-sumber itu masih hidup saat peistiwa
salib. Sementara penulisan Alqur'an, terlebih wahyu yang dikutip di atas, sangat jauh dari peristiwa salib, lebih
dari 500 tahun.
Jadi, ada perbedaan (mungkin
lebih tepat dikatakan pertentangan) tentang akhir hidup Yesus. Ada yang
mengatakan Yesus mati di kayu salib,
tetapi ada juga yang mengatakan Yesus
tidak ada (juga mati) di kayu salib. Berhadapan perbedaan informasi akhir
hidup Yesus ini, kita tentulah dihadapkan pada pilihan: informasi mana yang
patut dipercaya?
Jawaban ada di tangan
pembaca. Namun, kami mau menyitir kata-kata Nararya pada alinea
terakhir dari tulisannya di kompasiana. Kita boleh tidak percaya akan fakta
penyaliban Yesus. Kita juga boleh memberikan klaim yang persis bertentangan
dengan fakta tersebut. Tetapi, ada begitu banyak bukti sejarah yang menyatakan Yesus
mati di kayu salib. Ini adalah fakta sejarah. Jika klaim yang
bertentangan itu tidak sesuai dengan kesaksian-kesaksian sejarah masa lampau,
maka hanya ada satu pilihan label untuk klaim tesebut, yaitu fantasi sejarah. Apakah kita mau
percaya pada fakta sejarah atau pada fantasi sejarah?
Komentar
Posting Komentar