AKUI SAJA ISIS ITU ISLAM
Dunia pernah dihebohkan dengan kehadiran ISIS (Islamic State of Iraq and
Suriah) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan NIIS (Negara
Islam Iraq-Suriah). Belum selesai dengan urusan terorisme Al Qaidah, dunia dihadapkan
dengan terorisme ISIS, yang konon jauh lebih biadab dari Al Qaidah. Salah satu
misi perjuangan ISIS ternyata bukan hanya mendirikan Negara islam Iraq –
Suriah, melainkan juga mengislamkan dunia. Karena itu, ISIS dilihat sebagai
ancaman bagi dunia.
Menyaksikan kebiadaban anggota ISIS dalam membantai manusia yang tidak
sepaham dengannya, menimbulkan reaksi tidak hanya dari kalangan non muslim
tetapi juga dari kalangan islam. Reaksi dari kalangan islam tentulah sudah bisa
ditebak. Umumnya mereka menyatakan bahwa tindakan ISIS itu bukanlah cerminan
islam. Bisa dikatakan bahwa itu sebagai bentuk pembelaan terhadap agama islam.
Sebenarnya pembelaan ini sudah banyak kali muncul, semenjak kehadiran kelompok
teroris Al Qaeda.
Akan tetapi, pembelaan seperti itu menyisahkan kebingungan. Satu hal yang
membuat bingung akhirnya melahirkan pertanyaan apakah benar ISIS itu bukan
islam. Selain kebingungan, pembelaan seperti itu terkesan lucu. Dikatakan lucu
karena, untuk membela agama islam, orang malah semacam melemparkan persoalan
radikalisme ini kepada penganut agama lain. Mereka biasa mengatakan bahwa
terorisme dapat datang dari
pemeluk agama mana saja. Argumentasi ini mirip seperti argumen seorang
anak yang kedapatan menyontek saat ujian. Ketika ditanya gurunya kenapa
menyontek, ia berkata, “Orang lain juga nyontek, koq!”
Pembelaan seperti itu terkesan menutupi persoalan utama: kaitan agama islam
dan terorisme. Memang orang mengatakan bahwa sejatinya terorisme tak ada
kaitannya dengan agama. Tapi, benarkah demikian?
Pembelaan diri atas agama islam bukan agama teror perlu dikritisi. Tak bisa
dipungkiri bahwa pernyataan itu benar: terorisme bisa muncul dari pemeluk agama
mana saja (harap bisa bedakan antara agama dan pemeluk agama). Terorisme bisa
dilakukan oleh pemeluk agama Islam, Kristen, Buddha dan lainnya. Akan tetapi,
perlu diketahui bahwa landasan terorismenya berbeda. Aksi teror yang dilakukan
oleh kelompok islam dilandasi pada ajaran agamanya. Ada banyak buku yang
menyatakan hal ini, seperti Sejarah
Teror dan Kudeta
Mekkah. Karena itu, sekitar bulan September 2013 lalu,
Pemerintah Rusia mengeluarkan perintah untuk membakar Alqur’an, karena kitab
itu dinilai menciptakan radikalisme yang mengarah pada terorisme. Berbeda
dengan pemeluk agama lain. Jika orang Kristen atau Buddha melakukan terorisme,
bisa dipastikan mereka melanggar ajaran agamanya, karena tidak ada ajaran untuk
melakukan hal itu.
Berkaitan dengan konteks ajaran agama, sangat menarik kalau kita kritisi satu
bentuk rasionalisasi lainnya. Mengaitkan
terorisme dengan agama islam akan melahirkan kesimpulan yang salah, karena
islam adalah ajaran yang tertulis dalam Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Hal
inilah yang membuat banyak orang bingung.
Ada dua poin yang hendak disampaikan kepada publik dalam rasionalisasi di
atas. Pertama, terorisme (ISIS dan aksi kelompok teroris
lainnya) bukanlah agama islam. Dengan kata lain, tidak ada kaitan antara terorisme
dengan agama islam. Kedua, agama islam adalah ajaran yang tertulis
dalam Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Dua hal ini menjadi sumber pokok
ajaran islam.
Untuk poin kedua, semua orang pasti bisa menerima dan mengakuinya. Memang
agama islam bersumber pada Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi,
ketika poin kedua ini dikaitkan dengan poin pertama, orang menjadi bingung.
Orang tentu langsung bertanya, benarkah aksi-aksi ISIS atau juga kelompok
radikal lainnya tidak sesuai dengan ajaran islam sebagaimana yang tertuang
dalam Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW? Karena pada umumnya, kelompok
radikal ini mendasarkan tindakannya pada ajaran agama. Mereka justru mengklaim
kelompoknya menjalankan ajaran islam; dan bahwa merekalah yang paling benar.
Di sinilah titik kebingungan orang. Di satu sisi ada sekelompok umat islam mengatakan mereka itu salah karena tidak sesuai dengan ajaran islam, di sisi lain kolompok islam radikal menilai umat islam yang tidak mengikutinya adalah islam yang salah. Dan kedua kelompok ini sama-sama mendasarkan argumentasinya pada Alqur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
Persoalan inilah yang tak pernah terjawab. Orang hanya menulis dan
mengatakan bahwa kelompok teroris itu bukan islam, sementara kelompok teroris
itu juga menilai bahwa mereka yang mengatakan kelompoknya bukan islam adalah
bukan islam. Kebanyakan orang hanya menulis dan mengatakan bahwa kelompok
teroris itu tidak berdasarkan ajaran agama islam, sementara publik menilai
bahwa kelompok itu mendasarkan aksinya pada ajaran islam.
Artinya, di sini ada dua kebenaran. Masing-masing pihak menganggap diri atau kelompoknya yang paling benar dan menilai pihak lain yang salah. Karena masing-masing pihak menyatakan dirinya benar, orang non muslim kebingungan: mana yang benar? Jadi, atas pertanyaan utama kita, sebagaimana menjadi judul tulisan ini, benarkah ISIS bukan islam?, dapatlah dipastikan akan muncul dua jawaban. Bagi kelompok ISIS, mereka adalah islam, sementara yang lain bukan islam; bagi umat islam yang lain, mereka adalah islam, sedangkan ISIS bukan islam.
Komentar
Posting Komentar