ADA KEMIRIPAN KEMUNCULAN SUNDA EMPIRE DAN ISLAM
Awal tahun 2020, publik Indonesia dihebohkan dengan kehadiran Sunda Empire, yang dikenal juga sebagai Kekaisaran Matahari. Kaisarnya adalah Ratu Agung Ratnaningrum, dan Sekretaris Jenderalnya (semacam mahapati) adalah Rangga Sasana. Lokasi kekaisaran ini ada di Bandung. Yang membuatnya menjadi heboh sebenarnya bukan kemunculannya, tetapi data dan fakta-fakta yang dibawa oleh Sunda Empire ini.
Kehebohan
tersebut dapat dirasakan atau disaksikan saat menyaksikan acara Indonesia Lawyers Club di TV One. Hampir semua penonton terpingkal-pingkal mendengarkan
keterangan Rangga Sasana, seorang petinggi Sunda Empire. Dia mengatakan Sunda
Empire sudah ada sejak Alexander Agung, bahwa PBB dan Pentagon lahir di
Bandung, tidak ada satu negara pun bisa berdiri tanpa sepengetahuan Sunda
Empire, hingga membawa-bawa Vatikan dalam pusarannya. Ketika ada protes terkait
soal data sejarah, dengan santai Rangga mengatakan bahwa kalau sejarahwan dan
budayawan tidak tahu Sunda Empire, mereka harus belajar lagi. Yang protes soal
data sejarah yang dipaparkan Rangga, maka mereka itu dikatakan kurang paham
sejarah atau pengetahuan sejarahnya masih kurang. Ini juga yang membuat heboh.
Pada
prinsipnya, data-data historis atau juga keterangan yang disampaikan oleh pihak
Sunda Empire, selain tidak sesuai dengan data sejarah, juga tidak masuk akal.
Misalnya, dikatakan bahwa Pakualam itu ada di Solo, padahal sebenarnya ada di
Yogyakarta; atau pernyataan “Yang bisa hentikan atas nuklir tidak diledakkan
adalah Sunda Empire dan saya akan umumkan itu. Segera dalam waktu dekat ini
akan diumumkan sebuah sistem, yaitu empire sistem dan Jack Ma dan Bill Gates
ada disana.” sungguh dirasakan sulit diterima akal sehat.
Yang
menariknya adalah ternyata ada juga yang percaya kepada keterangan-keterangan
Rangga (Sunda Empire) tersebut. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang
menjadi pengikut Sunda Empire. Tercatat lebih dari seribu orang, yang tersebar
di beberapa wilayah Indonesia. Mereka percaya data historis yang disampaikan
pihak Sunda Empire sebagai suatu kebenaran, sekalipun bertentangan dengan data
historis yang sudah ada sebelumnya.
Akan
tetapi, sebagaimana telah diketahui umum, Sunda Empire akhirnya bubar. Para
petingginya ditangkap polisi dengan dakwaan penyebaran berita bohong. Ribuan
pengikutnya mengundurkan diri karena merasa dibohongi. Semua ini bisa terjadi,
pertama-tama bukan karena kesigapan aparat polisi, tetapi karena negara
mempunyai aturan hukum. Siapa saja yang melakukan kebohongan publik dan
menimbulkan keresahan akan berhadapan dengan hukum, dan polisi bertindak atas
amanat hukum. Tanpa ada hukum yang dibantu oleh aparat polisi, tentulah Sunda
Empire tetap eksis. Terkait kebenaran data historis, mungkin akan muncul
gesekan di tengah masyarakat yang bisa mengarah ke anarkis.
Sangat
menarik kalau kemunculan Sunda Empire ini dibandingkan dengan kemunculan islam.
Kira-kira pada awal abad VII, Muhammad tampil dan membawa satu misi baru, yaitu
islam. Perlu diketahui bahwa jauh sebelum Muhammad lahir, di Arab sudah ada
masyarakat kristiani, yang diyakini berasal dari aliran Nestorianisme. Orang
Yahudi pun sudah ada. Kedua kaum ini sudah memiliki kitab suci, jauh sebelum
buyut Muhammad lahir. Tak jarang warta Muhammad, yang juga bersinggungan dengan
isi kitab suci kristen dan Yahudi, bertentangan dengan apa yang ada dalam kitab
suci tersebut.
Muhammad
menyebut Daud dan Sulaiman (Salomo, dalam tradisi kristen dan Yahudi) sebagai
nabi, padahal kitab suci kristen dan Yahudi tak pernah menganggap mereka
sebagai nabi kecuali sebagai raja. Muhammad menyampaikan kisah Adam dan Hawa,
dimana dalam kisah itu terbersit suatu fakta bahwa Adam dan Hawa serta setan
atau iblis ada di sorga, padahal kitab suci kristen dan Yahudi menyebut Adam,
Hawa dan juga setan atau iblis ada di bumi; tak akan mungkin setan atau iblis
ada di sorga. Muhammad menyebut Maria sebagai putri Imran, padahal orang
kristen dan Yahudi tahu Maria dan Imran sudah beda zaman puluhan abad. Muhammad
mengatakan bahwa Yesus tidak mati di salib, padahal kitab suci kristen dan
orang Yahudi tahu bahwa Yesus mati di kayu salib. Terkait dengan kematian Yesus
ini, ternyata sejarah dunia juga mengakui bahwa Yesus mati di salib.
Demikianlah
pertentangan yang tampak pada warta Muhammad (islam) dengan data yang sudah ada
sebelumnya. Masih banyak perbedaan dan pertentangan yang ada. Hal tersebut sama
seperti pertentangan yang tampak pada warta Rangga Sasana (Sunda Empire) dengan
data yang sudah ada sebelumnya. Cara menyikapi pertentangan atau perbedaan itu
pun tak jauh berbeda. Jika Rangga Sasana mengatakan bahwa yang berbeda dengan
Sunda Empire itu berarti pengetahuan sejarahnya kurang lengkap atau kurang
paham akan sejarah, Muhammad menyatakan kitab suci Yahudi dan kristen sudah
dipalsukan. Artinya, kesalahan ada pada pihak lain; selalu berada di pihak
luar.
Karena
itu, patut diduga bahwa sama seperti kemunculan Sunda Empire menimbulkan
kehebohan, demikian pula kehadiran islam. Sama seperti kebanyakan orang yang
paham sejarah dunia terpingkal-pingkal mendengar keterangan Rangga, demikian
pula yang dialami orang kristen dan Yahudi, yang tahu isi kitab suci, saat
mendengar warta Muhammad. Bukan tidak mustahil, orang Yahudi dan kristen dulu
menilai bahwa Muhammad telah melakukan kebohongan, sama seperti orang dewasa
ini yang menilai keterangan Rangga Sasana.
Akan
tetapi, nasib Sunda Empire berbeda dengan nasib islam. Sunda Empire akhirnya
bubar dan tinggal menunggu waktu akan hilang, kecuali kisahnya akan tetap terus
dikenang. Sementara islam tetap eksis. Kenapa islam bisa tetap ada hingga kini?
Pertama-tama patut diakui bahwa kedua entitas ini hadir pada masa yang berbeda.
Sunda Empire hadir dimana masyarakat sudah mempunyai pengetahuan luas
(ditunjang internet dan media sosial) dan sudah dilengkapi dengan aturan hukum
serta aparat penegak hukum. Sementara islam hadir dimana pengetahuan masyarakat
belum luas (belum ada internet dan media sosial), dan belum ada aturan hukum
serta aparat yang menegakkannya. Jika dulu sudah ada hukum yang mendakwa
kebohongan, bukan tidak mustahil nasib Muhammad tak jauh berbeda dengan Rangga
Sasana. Demikian halnya, jika saat ini tidak ada hukum dan aparat penegak
hukum, tentulah Sunda Emipre tetap eksis meski akan terjadi gesekan di tengah
masyarakat.
Kebohongan
Muhammad (islam) pun terlihat di kemudian hari ketika ilmu pengetahuan sudah
berkembang. Misalnya, soal pernyataan bahwa matahari beredar pada orbitnya.
Zaman dulu, ketika pengetahuan belum berkembang, masyarakat menerima saja hal
itu sebagai suatu kebenaran. Namun, perkembangan pengetahuan akhirnya
membuktikan bahwa matahari tidak beredar, tetapi tetap. Atau contoh lain soal
proses terjadinya manusia, dimana Muhammad mengatakan bahwa manusia berasal
dari campuran tanah dan setetes mani yang ditempatkan dalam rahim. Masyarakat
dulu menerima saja karena memang tidak tahu. Tapi sekarang, dengan kemajuan
teknologi dan ilmu, orang tahu bahwa sama sekali tidak ada unsur tanah, dan
orang bisa membedakan antara mani dengan sperma. Bukan air mani yang membentuk
manusia, tetapi sperma. Akan tetapi, kebenaran apa pun tetap saja disalahkan.
Kebenaran hanya milik Muhammad (islam).
Bisakah
kebohongan tersebut diadili?
Komentar
Posting Komentar