BEGINILAH AJARAN ISLAM TENTANG ANJING
Babi adalah binatang yang diharamkan dalam islam. Umat islam dewasa ini hanya tahu bahwa yang namanya babi itu haram hukumnya, tapi mereka tidak tahu (tidak mau tahu) persoalan pengharaman babi ini. Artinya, masih ada ruang untuk mempertanyakan soal pengharaman babi. Ini hanya berlaku bagi mereka yang masih punya nalar, sehingga mau berpikir. Selain babi, masih ada binatang lain lagi yang masuk kategori haram atau najis. Hewan itu adalah anjing. Sama seperti babi, pengharaman anjing juga masih bisa dipersoalkan. Jika kita merujuk pada Alqur'an, hanya ada tiga kata anjing ditemui dalam dua surah, yaitu al-Araf dan al-Kahfi. Tiga teks dalam dua surah tersebut tidak berisi larangan atau pengharaman terhadap anjing. Artinya, tidak ada perintah dari Allah yang mengharamkan anjing atau melarang umat islam untuk bersentuhan dengan anjing.
Lalu, dari mana perintah pengharaman itu?
Pengharaman atau penajisan anjing dalam islam datang dari perintah nabi
Muhammad. Hal ini dapat ditemui dalam dua hadis yang paling dipercaya,
yaitu Hadis Bukhari dan Hadis Muslim. Masalah ini
tidak jauh beda dengan soal pengharaman babi. Allah tidak mengharamkan atau
menajiskan, tapi manusia (nabi Muhammad) yang mengharamkan. atau menajiskan
Jadi, kenapa umat islam lebih taat kepada Muhammad daripada Allah?
Mungkin umat islam berpikir bahwa taat kepada nabi Muhammad sama artinya taat
kepada Allah.
Namun tulisan ini bukan mau mempertentangkan perbedaan antara Alqur'an dan
Hadis tentang pengharaman anjing. Tulisan ini akan lebih fokus pada persoalan
pengharaman tersebut yang ada dalam hadis. Di sini kita akan melihat kenapa
anjing diharamkan atau dinajiskan.
Seperti sudah dikatakan di atas, sumber pengharaman atas anjing ini ada
pada dua hadis terpercaya, yaitu Hadis Muslim dan Hadis Bukhari. Untuk sumber
teksnya, kami mengambil dari spokane islamic center.
Soal penajisan anjing dalam islam didasarkan pada perkataan nabi Muhammad
sendiri. Dalam HS Muslim 24: 5249, 5250, dan 5254 dikatakan bahwa Muhammad
telah berkata, “Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah jika di sana ada
seekor anjing.” Islam meyakini bahwa malaikat merupakan utusan Tuhan, yang
datang menyampaikan pesan Allah. Jika gara-gara anjing pesan Allah itu tidak
sampai, tentulah umat akan mengalami kerugian. Karena itulah, anjing dilihat
sebagai sesuatu yang negatif. Tapi, bagaimana bisa dikatakan bahwa anjing
menghalangi kedatangan malaikat?
Dari HS Muslim 24: 5246 dan 5248 kita dapat mengetahui bahwa anjing
menghalangi pertemuan Malaikat Jibril dan nabi Muhammad. Dikisahkan bahwa ada
perjanjian untuk bertemu antara Muhammad dan Jibril, namun hingga waktu yang
ditunggu-tunggu Malaikat Jibril tidak juga muncul. Sebenarnya, Malaikat Jibril
sudah datang, tapi karena dia melihat anak anjing maka dia balik pulang (seorang
malaikat takut dengan anak anjing?). Lain waktu baru mereka bertemu dan
Malaikat Jibril menceritakan alasannya ingkar janji. Mendengar penjelasan sang
malaikat, Muhammad langsung memerintahkan untuk membunuh semua anjing kecuali
yang menjaga ladang yang luas. Perintah untuk membunuh anjing ini kemudian
diteruskan hingga ke Madinah, sehingga terjadilah pembantaian terhadap
anjing-anjing (HS Muslim 10: 3811).
Mungkin dari kisah dalam hadis ini, para pengikut Muhammad kemudian
mengharamkan atau menajiskan anjing. Mereka melihat bahwa anjing dapat
menghalangi perjumpaan dengan malaikat Tuhan. Lebih lanjut juga mereka menilai
anjing bisa menggagalkan doa seseorang kepada Tuhan. Hal inilah yang
diungkapkan dalam HS Bukhari 1: 9: 490, “Doa dibatalkan oleh seekor anjing.”
Dalam HS Muslim 4: 1034, Rasul Allah berkata, “... anjing mengganggu doa.”
Tanpa disadari, perintah untuk membunuh semua anjing menjadi bumerang bagi
Muhammad sendiri. Banyak yang menentangnya, karena mereka menilai perintah sang
nabi itu sungguh tidak masuk akal sehat mereka. Pada masa itu anjing termasuk
hewan yang dihargai karena kemampuannya berburu binatang, melindungi ladang dan
hewan gembalaan. Yang punya ladang kecil (petani kecil), jelas akan mengalami
kesulitan jika tak ada anjing yang menjaga ladangnya. Menyewah manusia untuk
menjaga, sebagai ganti anjing, tentu membutuhkan biaya. Para gembala juga
merasa perintah tersebut sangat tidak masuk akal dan memberatkan. Jika
anjing-anjing penjaganya dibunuh, siapa yang akan menjaga kawanan gembalaannya.
Mereka memerlukan uang tambahan untuk membayar orang menjaga ternak
peliharaannya.
Bukan tidak mustahil, perintah Utusan Allah tersebut menimbulkan gejolak.
Dan bukan tidak mungkin juga, menghadapi situasi tersebut, sang nabi mengalami
situasi dilematis antara menjaga image di hadapan Allah (dan
malaikat-Nya) dan di hadapan umatnya. Jika semua anjing dibinasakan, itu
berarti Muhammad menyenangkan Allah, tapi menyusahkan umat; membiarkan anjing
hidup akan menghalangi kedatangan malaikat Allah yang datang untuk menyampaikan
pesan Allah, dan juga menghalangi doa umat kepada Allah, tapi akan membantu
umat dalam banyak hal.
Kira-kira apa yang harus diputuskan Muhammad sehingga wibawanya tetap
terpelihara, baik di hadapan Allah maupun umatnya? Jikalau dikaitkan dengan HS
Muslim 4: 1032, ada kemungkinan Muhammad mengubah perintahnya; pembunuhan tidak
lagi ditujukan pada semua anjing, melainkan hanya pada anjing hitam saja.
Karena itu, Rasul Allah ini berkata, “Anjing hitam itu adalah iblis.” (HS
Muslim 4: 1032).
Demikianlah dasar pengharaman anjing dalam islam. Secara sederhana bisa
dikatakan bahwa anjing menggangu kegiatan rohani umat. Karena itu, dari pada
menggangu, maka lebih baik ditiadakan atau disingkirkan saja. Pengharaman atau
penajisan anjing merupakan bentuk penyingkirannya. Dengan mengharamkan atau
menajiskan anjing, tentulah umat islam akan menjauhi anjing dari kehidupannya,
sehingga kegiatan rohaninya tidak akan terganggu.
Akan tetapi, latar belakang pengharaman atau penajisan anjing tersebut
masih menyisakan problem bagi orang yang memiliki akal budi. Bagi orang yang
punya nalar, pastilah akan senyum-senyum lucu dan geleng-geleng kepala tak percaya. Pertama, kenapa
seorang malaikat takut dengan ANAK ANJING (HS Muslim 24: 5246 dan 5248). Bagi
orang dewasa kini, anak anjing itu lucu menggemaskan, bukannya menakutkan.
Semua orang, bahkan anak kecil sekalipun, senang dan suka dengan anak
anjing. Lalu, kenapa malaikat begitu takut dengan anak anjing sehingga
membatalkan janjinya bertemu dengan Rasul Allah.
Kedua, jika memang anjing bisa membatalkan atau
menghalangi komunikasi umat dengan Allah; atau bila memang anjing bisa
menghalangi kedatangan malaikat Tuhan untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada
umat-Nya, kenapa Tuhan menciptakan anjing. Sungguh bodohnya Allah jika tetap
menciptakan anjing, padahal sudah tahu anjing itu dapat menjadi perusak relasi
manusia dengan diri-Nya. Atau, jangan-jangan ini merupakan ketakutan Muhammad
saja, yang kemudian diletakkan pada Malaikat Jibril.
Ketiga, melihat perubahan perintah, dari semua
anjing kepada hanya anjing hitam saja, membuat orang berpikir betapa tidak
bijaksananya Utusan Allah ini. Padahal Muhammad dikenal sebagai manusia
sempurna (insan al kamil), tapi kenapa menghadapi persoalan anjing ini
dia berubah-ubah, sehingga orang dapat meragukan kesempurnaannya. Dan lucunya,
masih juga ada orang yang percaya kepadanya.
Keempat, ada satu pertanyaan yang masih belum
terjawab, yakni kenapa anjing bisa menghalangi kedatangan malaikat Tuhan dan
mengganggu doa. Tidak ada satu keterangan pun dalam hadis. Jika memang anjing
(hitam) itu adalah iblis, kenapa malaikat takut padanya. Sekedar perbandingan,
dalam Kitab Suci orang kristiani dan Yahudi, khususnya dalam Kitab Kejadian
tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa, ular diidentikkan dengan iblis. Akan
tetapi, tidak ada masalah lebih lanjut dengan ular. Nabi Musa diperintahkan
Allah untuk membuat ular tembaga (Bilangan 21: 8), dan banyak orang kristen
suka makan daging ular karena Yesus menyatakan semua makanan halal (Markus 7:
19; bdk. Kisah Para Rasul 11: 9). Banyak orang kristen memelihara ular, karena
tidak ada larangan dari agamanya.
Melihat keanehan, kelucuan dan ketidak-masuk-akalan soal pengharaman atau
penajisan anjing itu, orang lantas mempertanyakan sumber pengharaman tersebut,
yaitu Nabi Muhammad. Karena menilai nabi satu ini bisa menimbulkan masalah,
maka kami tidak menyampaikannya di sini. Kami serahkan kepada pembaca untuk
menilai sendiri.
Komentar
Posting Komentar