MENYINGKAP KEBODOHAN LOUAY FATOOHI DALAM "THE HISTORICAL OF JESUS" #2
Mengkritisi Tulisan Fatoohi
Sebelum mengkritisi pemikiran-pemikiran Fatoohi, terlebih dahulu kita lihat
kesalahan cara berpikir Fatoohi. Seperti yang telah dikatakan di atas, Fatoohi menggunakan
Al-Quran sebagai batu ujinya, sementara Fatoohi sendiri tak pernah mengkritisi
Al-Quran. Ini memang tidak bisa dilakukan, karena berbahaya. Al-Quran diterima
tanpa sikap kritis sebagai kitab sempurna. Karena sempurnanya itulah maka tak
perlu lagi dikritisi. Karena itu, wajar bila sesuatu yang tidak sesuai dengan
Al-Quran dikatakan salah atau tidak asli.
Hal ini dapat kita lihat dalam hlm 70 – 71 soal manusia sebagai citra
Allah. Fatoohi mengkritisi ini dengan memakai Al-Quran, tanpa terlebih dahulu
memahami makna citra Allah dalam Kitab Kejadian. Atau soal pembantaian
kanak-kanak di Betlehem (hlm 317 – 318). Atau soal trinitas (hlm 422 – 426, 476
– 479), dimana Fatoohi menyamakan konsep trinitas dan triteisme.
Karena Al-Quran sebagai kitab yang benar dan sempurna, maka yang tidak
sesuai dengan Al-Quran adalah salah. Dan kebetulan semua Injil, yang diakui
Gereja, tidak sama atau mirip sehingga bisa disimpulkan Injil itu salah.
Sementara injil-injil apokrif, yang tidak diakui Gereja, namun karena ada
kemiripan dengan Al-Quran, maka dinyatakan benar; dan kitab itu juga yang
dipakai Fatoohi.
1. Soal Anunsiasi
Maria (hlm 146 – 156)
Dalam QS Al-Maryam
dikatakan bahwa Malaikat Jibril itu adalah Roh yang menyebabkan Maria hamil.
Akan tetapi, dalam QS Al-Anbiya dan juga Al-Tahrim dikatakan bahwa Allah
meniupkan Roh-Nya ke dalam Maria sehingga ia hamil. Di sini mau dikatakan bahwa
Roh itu adalah Allah. Oleh karena itu, apakah bisa dikatakan bahwa Malaikat
Jibril itu adalah Allah?
Kekacauan ini dipertegas
lagi dalam QS Ali Imran. Dalam ayat 40 dikatakan bahwa Maria berbicara kepada
Malaikat Jibril, bukan kepada Allah. Namun dalam ayat 47 (selisih 7 ayat saja)
terlihat bahwa Maria berbicara kepada Allah.
2. Kehamilan Perawan Maria
(hlm 157 – 161)
Fatoohi mengatakan bahwa
kisah kehamilan Maria tidak historis hanya karena kisah itu berbeda dari satu
Injil ke Injil yang lain. Di sini terlihat jelas bahwa Fatoohi tidak memahami
ajaran Katolik tentang Injil. Kita bisa ambil contoh pembanding: perang Vietnam
kisahnya bisa berbeda antara versi Amerika dan Vietnam. Apakah kisah perang itu
tak historis?
Karena itu, akan terasa
lucu dengan tiga kesimpulan Fatoohi (hlm 161). Terlihat jelas Fatoohi tidak
mengerti soal Kitab Suci orang kristen dan memaksakan cara pandang Quraninya.
Kesimpulan pertama seakan menyangkal sendiri pernyataan Fatoohi, “Ketiadaan
bukti bukanlah bukti ketiadaan.” (hlm 32).
Selain itu, perlu juga
dilihat makna antara berbeda dan bertentangan. Kedua
kata ini tidaklah sama maknanya. Tidak semua yang berbeda itu
bertentangan, tapi yang bertentangan itu pasti berbeda. Kalau diperhatikan
dengan baik-baik, yang terjadi dalam Injil perihal kehamilan Maria adalah
perbedaan, bukan pertentangan. Tidak seperti dalam Al-Quran yang menunjukkan
pertentangan (lihat poin no 1).
Ada kesan bahwa Fatoohi
mau supaya kisah kehamilan dan kelahiran harus ada pada semua Injil atau bahkan
semua kitab Perjanjian Baru (hlm 167). Fatoohi tidak tahu bahwa pusat pewartaan
Para Rasul (termasuk Paulus) adalah Yesus yang bangkit. Karena itu, peristiwa
kelahiran-Nya tidak mendapat tempat yang cukup dalam pewartaan mereka.
3. Fatoohi menulis,
“Al-Quran telah menjelaskan bahwa kitab-kitab religius yang dimiliki oleh kaum
Yahudi dan Kristen ditulis dan diubah oleh manusia.” (hlm 174). Hal ini karena
Fatoohi, juga semua umat islam memakai cara pandang Al-Quran. Mereka melihat
bahwa Al-Quran itu turun langsung dari Allah. Seharus juga demikian dengan
kitab suci Yahudi dan Kristen. Padahal, baik Yahudi dan Kristen punya cara
pandang sendiri.
4. Dalam QS Maryam, Yesus
yang masih bayi berbicara membela ibunya di hadapan orang Yahudi yang hendak
menghukum Maria karena ketahuan punya anak tanpa jelas siapa suaminya. Fatoohi
seringkali mengatakan bahwa Al-Quran mengungkapkan juga kisah sejarah. Jika
memang demikian terjadi, tentulah ini sebuah peristiwa besar dan langka; dan tak
mungkin luput dari perhatian orang. Persoalannya, kenapa peristiwa itu tak
terekam dalam Injil atau catatan sejarah lainnya? Hal ini satu bukti kebohongan
Al-Quran.
5. Sebenarnya Al-Quran
mengakui adanya inkarnasi, Allah menjadi manusia. Dalam QS Maryam [19]: 17,
secara implisit dikatakan bahwa sabda Allah menjadi manusia. Akan tetapi,
kenapa umat islam tidak mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia?
Alasannya karena ini tak masuk di akal mereka. Di samping itu, paham ini dapat
dinilai sebagai musyrik.
6. Yusuf, Suami Maria (hlm
214 – 225)
Sudah dikatakan di atas, umat islam menerima Al-Quran sebagai kebenaran
mutlak. Yang tidak sesuai Al-Quran berarti salah. Demikian pula pemikiran
Fatoohi berkaitan dengan suami Maria. Yusuf tidak ada dalam peristiwa hidup
Maria dan Yesus karena Al-Quran tidak menulisnya. Hal ini terlihat dalam QS
Maryam: 20 dan 22 (yang bisa dibandingkan dengan Wahyu 12: 6) dan diperkuat
dengan QS Ali Imran: 47. Fatoohi menilai bahwa Al-Quran memperbaiki Injil.
Sebuah pemikiran yang konyol. Kami menilai tidak adanya Yusuf dalam Al-Quran
karena Muhammad mau membela konsep “hamil perawan” atau “kehamilan mujizati”.
7. Satu penyataan Fatoohi
yang menarik adalah bahwa Al-Quran menyiratkan Yesus tidak pernah memiliki seorang
pun saudara kandung (hlm 227). Pendapatnya ini sejalan dengan Kitab Suci dan
ajaran Gereja. Tapi kenapa umat islam masih sering mempertanyakannya?
8. # Ada
kesalahan fatal Fatoohi pada halaman 236. Fatoohi mengutip 1Kor 15: 5 – 8, lalu
menyatakan bahwa penampakan itu terjadi sesudah kenaikan Yesus ke langit.
Seharusnya: penampakan itu terjadi sesudah kebangkitan-Nya.
# Juga ada pendapat Fatoohi yang kacau dan terkesan bodoh (hlm 264),
dimana dikatakan bahwa Matius dan Lukas menetapkan Betlehem sebagai tempat
kelahiran Yesus, sedangkan Markus dan Yohanes menyatakan Yesus dilahirkan di
Nazaret. Pendapat ini didasarkan pada Mrk 6: 1, yang menyatakan bahwa Nazaret
adalah tempat asal/kampung halaman Yesus, dan Yoh 1: 46, “Mungkinkah sesuatu
yang baik datang dari Nazaret?”
# Fatoohi juga keliru dalam memahami frase “Seluruh dunia” (hlm 294).
Fatoohi memakai konsep sekarang, sementara tidak demikian maksud penulis dulu.
# Logika Fatoohi tentang cara Herodes mengidentifikasi Yesus yang akhirnya
berdampak pada pembantaian kanak-kanak sangat membingungkan. Karena sudah
ngawur, maka kesimpulannya juga ngawur, yaitu pembantaian itu tidak ada. Dan
sekali lagi dasarnya adalah Al-Quran yang tidak menulisnya (hlm 308 – 312).
# Kesimpulan ngawur juga terlihat dalam konteks Yesus anak Daud (hlm 368 –
370), atau soal Yesus masuk Yerusalem (hlm 385 – 387).
# Kesimpulan bodoh kembali terjadi saat Fatoohi membaca Luk 24: 1 – 12 dan 13
– 35 (hlm 616). Pada bagian pertama ada dua orang yang
menyampaikan kebangkitan kepada para perempuan. Pada bagian kedua ada dua
orang yang disampaikan peristiwa kebangkitan. Dari sini Fatoohi
berkesimpulan bahwa Yesus pertama kali menyampaikan kebangkitan-Nya kepada dua
orang (pada bagian kedua), lalu kedua orang itu menyampaikannya kepada
perempuan.
# Pada hlm 733 – 735 muncul secara tiba-tiba masalah Palestina. Hal ini
sungguh membingungkan.
# Ada kesimpulan lucu yang dibuat oleh Fatoohi tentang kenabian Muhammad (hlm
790). Dikatakan lucu karena kesimpulan ini lahir dari pemikiran seorang DOKTOR.
Fatoohi mengatakan bahwa kenabian Muhammad ditandai dengan pengetahuannya akan
kisah sejarah Israel. Ada banyak orang dapat tahu sejarah Israel, tapi tak ada
yang mau mengaku sebagai nabi. Pada halaman 786 Fatoohi menjelaskan bahwa
Al-Quran melewati beberapa detail berkaitan dengan sejarah. Sebenarnya bukan
sekedar melewati saja, melainkan memuat kesalahan sejarah. Hal ini bisa
dimaklumi mengingat keterbatasan memori Muhammad untuk mengingat semua sejarah
Israel.
9. Soal tempat kelahiran
Yesus terjadi logika terbalik (hlm 281 – 290). Fatoohi dan juga umat islam
menilai bahwa penulis Injil telah mengubah kisah sebenarnya (lih. Apakah Injil Dipalsukan?). Kisah yang benar ada
dalam Al-Quran, dimana dikatakan bahwa Yesus lahir di bawah pohon kurma.
Sekedar diketahui, Injil ditulis pada abad I, sementara Al-Quran baru ada pada
abad VIII. Perlu diketahui juga, kisah kelahiran di bawah pohon kurma terinspirasi
dari kisah kelahiran Buddha. Di sini Fatoohi tidak memahami konsep kandang dan
goa dalam sumber Kristen.
10. Berkaitan dengan kelahiran Yesus yang diurai
Fatoohi, kami dapat memberi catatan berikut: ada begitu banyak argumen tentang
kapan Yesus lahir. Mana yang benar? Gereja Katolik mengajarkan bahwa tidak
diketahui dengan pasti kapan Yesus lahir. Yang pasti dan benar adalah Yesus
pernah hadir di dunia ini melalui kelahiran Bunda Maria.
Kenapa tak ada satu pun
penginjil yang mencatat? Injil adalah buku iman, bukan buku sejarah. Imanlah
itu mendatangkan keselamatan, bukan sejarah. Dan iman yang menyelamatkan itu
ada pada Kebangkitan Yesus. Itulah inti dari pewartaan Injil.
11. Dalam Bab 12 (hlm 333 – 356) ada kesan bahwa
Fatoohi membuat pernyataan sendiri lalu mengklaimnya bersumber dari Injil,
kemudian ia membantahnya sendiri. Jadi, yang dikritik Fatoohi bukan pernyataan
Injil, tetapi pernyataannya sendiri. Hal seperti ini dapat juga ditemui dalam
bagian lain dari buku ini.
12. Dikatakan bahwa Al-Quran tidak menjelaskan makna
dari istilah Al-Masih (Mesias), sekalipun kata itu 11 kali dipakai. Bahkan
Al-Quran mengakui hanya satu Mesias: Yesus (hlm 389). Pertanyaan kritisnya:
jika benar Al-Quran itu diturunkan dari Allah dengan berbahasa Arab, kenapa
tidak ada penjelasan arti dan makna kata al-masih? Bukankah ini menyiratkan
bahwa Muhammad mendapat kata itu dari pergaulannya, lalu dia klaim dari wahyu
Allah tanpa ia sendiri memahami arti dan maknanya??
Komentar
Posting Komentar