TERUNGKAP KEBOHONGAN & KEBODOHAN DR ZAKIR NAIK
Dalam salah satu penampilannya, menanggapi pertanyaan seorang kristen yang
hadir dalam ceramahnya, DR Zakir Naik dengan sombong menyatakan bahwa Yesus itu
bukan Tuhan sebagaimana diimani oleh orang Kristen. DR Zakir menantang orang
Kristen untuk mencari dalam Kitab Suci, terkhusus Injil, dimana ada dinyatakan
“Akulah Tuhan.” DR Zakir bahkan berani mempertaruhkan imannya jika ada ayat
dimana Yesus menyatakan diri-Nya Tuhan. “Saya akan meninggalkan islam jika ada
tertulis dalam Kitab Suci Yesus berkata: Akulah Tuhan,” ujarnya.
Di sini DR Zakir Naik mau mengatakan bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Ketuhanan
Yesus, menurut DR Zakir, adalah pemikiran Rasul Paulus. Ada kesan bahwa
ketuhanan Yesus hanya ditentukan oleh ada tidaknya pernyataan dari Yesus
sendiri bahwa Dia adalah Tuhan. Apakah benar Yesus bukan Tuhan hanya karena tidak
ada pernyataan dari Yesus sendiri?
Ketika menyaksikan dan mendengar penjelasan DR Zakir, saya langsung
senyum-senyum saja. Andai orang Kristen yang ada saat itu sedikit membaca Kitab
Suci, khususnya Injil Yohanes, pastilah dia dapat men-skak mat DR Zakir dengan Yohanes 13: 13. Dalam nas ini tertulis
pernyataan Yesus, “Akulah Guru dan Tuhan.” Apakah DR Zakir meninggalkan islam?
Hingga kini ia masih memeluk islam dan rajin menjelek-jelekkan agama lain,
terlebih kristen. Terlihat jelas kebohongan DR Zakir, yang mengatakan akan
meninggalkan islam jika ada teks yang mengatakan Yesus adalah Tuhan.
Tetapi mungkin DR Zakir akan mengelak dengan mengatakan bahwa kata dalam
Yoh 13: 13 sebenarnya adalah Tuan (tanpa h) bukan Tuhan. Dan kalau sudah begini, maka diskusi tidak akan
menemui titik temu karena saya yakin DR Zakir akan ngotot dengan pendapatnya.
Orang Kristen harus menghormati pendapat DR Zakir jika dia mengatakan bahwa
pernyataan Yesus dalam Yoh 13: 13 adalah Tuan, yang mengacu pada manusia biasa
dengan kedudukan yang tinggi. Yang pasti. DR Zakir sudah menelan ludahnya
sendiri.
Biarkanlah DR Zakir dan orang lain yang sama sepertinya berpendapat
demikian; namun tidaklah dengan orang Kristen. Orang Kristen percaya bahwa kata
yang digunakan Yohanes adalah TUHAN, karena jika dilihat dalam bahasa asli
Injil Yohanes, yaitu Yunani, kata yang dipakai adalah kurios. Kata ini dipakai untuk:
1. Pemilik, yang empunya harta benda. Majikan, induk semang dari
hamba pelayan, budak
2. Pengauasa tertinggi, raja yang berkuasa
3. Ilah-ilah
4. Gelar kehormatan terutama bagi atasan
5. Panggilan dari seorang anak kepada ayahnya
6. Panggilan bagi seseorang yang bermartabat tinggi dan memiliki otoritas
7. Allah sebagai tuan tertinggi dan penguasa alam
semesta, biasanya merujuk kepada terjemahan kata Ibrani YHVH.
Saya sama sekali kurang tertarik untuk berdebat soal kata TUHAN dalam Injil
Yohanes tersebut, karena saya punya keyakinan bahwa kata-kata manusia tidaklah
mampu membahasakan keilahian Tuhan yang mahakuasa. Kita harus sadar bahwa
kata-kata memiliki keterbatasan. Yang menarik perhatian saya adalah logika
berpikir DR Zakir. Sekali lagi saya mengandaikan tidak ada Yohanes 13: 13.
Logika berpikir DR Zakir begini: karena tidak ada pernyataan dari Yesus bahwa dirinya
adalah Tuhan, maka Yesus bukanlah Tuhan.
Di sini tampak jelas cara berpikir DR Zakir adalah hitam – putih. Kalau tidak hitam, ya putih. Atau juga
cara berpikir demikian dikenal dengan teori black swan. Dulu orang hanya berpikir angsa itu putih. Karena
selalu menemui angsa putih, maka orang berasumsi bahwa semua angsa itu putih.
Orang tidak percaya bahwa ada angsa hitam, sampai akhirnya ditemui angsa hitam.
Jadi, di sini cara pikir DR Zakir bersifat empiris-eksplisit. Yesus bukan Tuhan
karena Dia tidak mengataan demikian. Benarkah logika demikian?
Saya punya dua pengalaman menarik. Bulan Desember 2015 lalu saya pergi ke
Dabo – Singkep (wilayah Kepulauan Lingga). Saya dapat info dari pastor yang
berkarya di sana bahwa nanti saya dijemput oleh Markus. Saya sama sekali tidak
kenal dan belum pernah bertemu dengan Markus, demikian pula dia terhadap saya.
Jadi, kami sama-sama belum kenal dan belum tahu. Markus hanya berdasarkan
keterangan yang diberikan oleh Rm. Stello bahwa saya tinggi, orang Flores,
rambut panjang dan beberapa ciri lainnya. Ketika tiba di pelabuhan Jagoh, ada
begitu banyak penumpang turun, dan ada juga penumpang siap naik, karena kapal
masih mau jalan ke Tanjung Buton, Daik – Lingga.
Ketika tiba di pelabuhan, saya mencoba mencari-cari orang yang bernama
Markus, namun tiba-tiba ada tangan yang menarik tas saya dan berkata, “Tas Romo
cuma ini?” Saya mengangguk dan membiarkan dia membawa tas saya, sementara saya
hanya mengikuti dia dari belakang. Dalam perjalanan itulah saya baru yakin
kalau orang itu adalah Markus, meski saat itu dia belum juga memperkenalkan
dirinya.
Kisah yang serupa saya alami waktu saya ke Pulau Pulun (juga di bulan dan
tahun yang sama, tapi beda tanggal). Saudara Ansel diminta untuk menjemput saya
di pelabuhan. Dia sama sekali belum pernah ketemu atau melihat wajah saya.
Berbicara lewat telepon pun sama sekali kami tidak pernah. Tapi, ketika saya
turun di pelabuhan, dia langsung merangkul saya dan menuntun saya ke darat.
Dalam perjalanan dia berkata, “Sekalipun Romo tidak memperkenalkan diri, saya
sudah tahu Romo adalah Romo.” Dia mau meyakinkan saya bahwa saya memang benar
ROMO; dan memang demikian.
Yang menarik dari dua kisah ini adalah bahwa saya tidak memperkenalkan diri
saya adalah ROMO, tapi baik Markus maupun Ansel percaya saya adalah ROMO. Saya
tidak pernah berkata, “Saya adalah Romo!”, tapi Markus dan Ansel yakin saya
adalah Romo. Mereka dapat mengenal saya sebagai ROMO sekalipun saya tidak
mengatakan, “Sayalah Romo!” Untunglah kedua orang ini tidak seperti DR. Zakir.
Seandainya mereka memiliki pola pikir seperti DR Zakir, pastilah mereka akan
menunggu saya berteriak di tengah kerumunan orang, “Saya adalah ROMO!”; atau
mereka akan menanyai orang satu per satu, “Apakah Anda ROMO?”
Demikianlah dengan Yesus. Sekalipun Dia tidak mengatakan “Akulah Tuhan!”
orang Kristen percaya bahwa Dia adalah Tuhan. Kepercayaan ini bukan hanya
didasarkan pada perkataan “Akulah Tuhan!”, melainkan pada ciri-ciri atau
tanda-tanda yang menyertai-Nya. Jadi, orang Kristen percaya bahwa Yesus itu
Tuhan, sekalipun Yesus sendiri tidak pernah berkata “Akulah Tuhan!”, karena
orang Kristen telah melihat hidup Yesus sebagai manifestasi ketuhanan.
Gelar Yesus sebagai Tuhan pertama-tama dapat ditemui dalam seluruh Injil,
dimana gelar itu disematkan kepada Yesus oleh orang lain. Misalnya oleh
Malaikat dalam Lukas 2: 11, para murid dalam Matius 8: 25, perempuan Samaria
dalam Yohanes 4: 11 – 19, dan masih banyak lagi. Pernyataan Yesus dalam Injil
Sinoptik bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Mrk 2: 28; Mat 12:
8; Luk 6: 5) secara implisit mau menegaskan keallahan Yesus. Tidak ada yang
bisa mengutak-atik aturan Sabat, kecuali Allah. Nah, Yesus telah mengutak-atiknya. Maka Yesus
adalah Allah. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti
ini.
Ketuhanan atau keallahan Yesus dapat juga dilihat pada setiap mukjizat yang
dilakukan-Nya. Salah satu mukjizat-Nya adalah membangkitkan Lazarus yang sudah
3 hari meninggal. Tour Guide kami saat ziarah di Tanah Suci (April
2015), namanya Ramzi, mengatakan bahwa dalam tradisi Yahudi hanya Allah saja
yang dapat membangkitkan orang mati. Saudara Ramzi ini adalah orang Yahudi yang
kemudian menjadi Kristen. Dia mengaku sudah belajar 3 teologi agama Samawi.
Karena itu, dengan membangkitkan Lararus, Yesus membuktikan diri-Nya sebagai
Allah atau Tuhan. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit
seperti ini.
Ketika kami berada di tepi Danau Galilea, saudara Ramzi bercerita tentang
kisah Yesus berjalan di atas air (Mat 14: 23 – 33). Sangat menarik ketika ia
mengatakan bahwa aksi Yesus berjalan di atas air mau menunjukkan keallahan-Nya.
Hal ini merujuk kepada kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian. Di sana dikatakan
bahwa ,”Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” (Kej 1: 2). Sayang,
DR Zakir tidak mampu melihat hal yang implisit seperti ini.
Ketuhanan atau keallahan Yesus juga dapat dilihat dari peristiwa
kebangkitan-Nya. Orang Kristen percaya bahwa dengan bangkit dari mati, Yesus
menang atas kuasa maut. Di sini Yesus menunjukkan keallahan-Nya. Keyakinan
orang Kristen ini didasarkan pada pengalaman iman Tomas ketika berjumpa dengan
Yesus yang bangkit. “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20: 28). Sekalipun tidak
pernah bertemu atau melihat Yesus yang bangkit, orang Kristen dewasa kini tetap
percaya bahwa Dia-lah Tuhan dan Allah. Sayang, DR Zakir tidak mampu melihat hal
yang implisit seperti ini.
Jadi, kita dapat melihat betapa rendahnya cara berpikir DR Zakir Naik.
Hanya karena tidak menemukan kata-kata Yesus bahwa “Akulah Tuhan!”, dia tidak
percaya bahwa Yesus itu sungguh Tuhan. Seolah-olah ketuhanan Yesus hanya
dibatasi pada kata-kata “Akulah Tuhan!”. Ada yang lucu dari DR Zakir ini. Dia
tidak mengakui Yesus itu Tuhan, karena tidak ada perkataan Yesus, “Akulah
Tuhan!”, tapi dia percaya kalau Yesus itu nabi, sekalipun tidak ada perkataan
Yesus, “Akulah nabi!”.
Komentar
Posting Komentar