PENISTAAN AGAMA: HARUS DILIHAT SECARA TOTAL
Penistaan agama menjadi berita panas di Indonesia jelang Pilkada serentak
2017. Aktornya adalah Basuki Tjahaya Purnama, atau yang biasa disapa Ahok.
Kejadian ini terjadi pada 27 September 2016 di Kepulauan Seribu. Pada waktu
itu, Ahok mengunjungi warga Kepualuan Seribu untuk menjelaskan program kerja
sama Pemerintah Provinsi DKI dan Sekolah Tinggi Perikanan. Dalam pidato
penjelasannya itu, keseliplah pernyataan yang dinilai oleh MUI sebagai bentuk
penistaan agama.
Bunyi pernyataannya seperti ini, “Jadi, jangan percaya sama orang, kan bisa
saja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat al
Maaidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu.” Atas pernyataannya ini,
MUI memfatwa Ahok melakukan penistaan agama dan ulama.
Untuk lebih jelasnya, kita akan kutip surat al Maidah yang dimaksud. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (QS al Maaidah: 51)
Teks Al Quran ini secara tegas melarang umat islam memilih orang non muslim
sebagai pemimpin. Orang-orang yang beriman dalam teks tersebut merujuk pada
umat islam, karena umat lain dilabeli sebagai kafir. Teks ini sering digunakan
oleh tokoh-tokoh islam, baik tokoh politik maupun agama, untuk melawan calon
pemimpin non muslim. Ahok sendiri sudah mengalaminya ketika pertama kali terjun
dalam pilkada di Belitung Timur tahun 2003.
Kenapa pernyataan Ahok dinilai melecehkan agama islam dan ulama? Ketua MUI,
Maruf Amin menjelaskan, penghinaan itu karena Ahok menyebut kandungan dari
surah al Maaidah itu sebuah kebohongan. Karena yang menyebarkan surah tersebut
adalah ulama, maka dapat juga dikatakan bahwa ulama juga melakukan pembohongan.
Dengan kata lain, pernyataan Ahok ditafsirkan bahwa surah al Maaidah telah
berbohong, atau surah tersebut adalah kebohongan.
Penistaan agama dalam agama islam merupakan persoalan serius. Karena itu
wajar jika umat islam langsung bereaksi. Mereka marah dan lahirlah demo atau
aksi unjuk rasa. Hal ini dapat dimaklumi karena Tuhan sendiri sudah menuntut
umat-Nya untuk membela agamanya. Setidaknya ada 4 surah yang dijadikan dasar
untuk membela agama di saat mendapat penghinaan. Keempat surah itu adalah
Muhammad ayat 7, al Hajj ayat 40, al Hadid ayat 25, dan an Nisaa ayat 95.
Haruskah dengan demo? Ya, karena umat islam diperintahkan Tuhan untuk memerangi
orang kafir, apalagi kafir yang menghina agama. “Perangilah kaum kafir yang
berdekatan dengan kamu, dan biarlah mereka merasai sikap kekerasan yang ada
pada kamu.” (QS At Taubah: 123).
Apakah kasus penistaan agama hanya dialami oleh umat islam saja? Kalau mau
jujur, umat agama lain juga mengalami hal tersebut. Bahkan, seperti kasus Ahok,
umat Kristen sudah lama mengalaminya. Jika pernyataan Ahok ditafsirkan bahwa Al
Quran (dalam hal ini surah al Maaidah ayat 51) adalah kebohongan, hal yang sama
terjadi dengan umat kristen. Ada orang mengatakan bahwa kitab suci orang
Kristen adalah palsu. Ini didasari pada QS Ali Imran: 78.
Pernah suatu ketika seorang anak SD berkata kepada pastornya, “Romo, apa
benar yang di kayu salib itu bukan Tuhan Yesus?” Pastor itu bertanya darimana
ia dapat info itu. Siswa itu menjawab dari guru agama islam (kita bisa
bertanya, darimana guru itu dapat informasi demikian, mungkin jawabannya adalah
ulama). Peristiwa ini bukan cuma sekali saja terjadi. Di tempat lain pun sering
terdengar pernyataan demikian. Bisa jadi ini kelanjutan dari pernyataan bahwa
Alkitab sekarang adalah palsu. Orang Kristen menyakini bahwa Yesus mati di kayu
salib, dan dasarnya adalah Alkitab.
Yang mati di kayu salib adalah orang yang menyerupai Yesus bukan ucapan
bibir ulama semata. Pernyataan itu didasari pada surah an Nisaa ayat 157. Ayat
surah ini bisa saja ditafsirkan bahwa Alkitab melakukan kebohongan dengan
mengatakan Yesus mati di kayu salib. Dan bisa dipastikan juga bahwa pastor dan
uskup turut menyebarkan kebohongan itu, karena adalah tugas mereka untuk
menyebarkan Alkitab.
Jadi, tak jauh berbeda dengan kasus penistaan agama dan ulama yang dialami
umat islam, umat Kristen pun sebenarnya mengalami hal yang sama. Jika kasus
yang dialami umat islam menyeret Ahok ke proses hukum, haruskah umat Kristen
melakukan hal yang sama? Sekedar diketahui, dalam kasus yang dialami umat
Kristen, pelaku utamanya adalah Al Quran (surah Ali Imran ayat 78 dan An nisaa
ayat 157). Untunglah, umat Kristen tidak mengambil sikap seperti umat islam.
Kenapa?
Pertama-tama karena ajaran agamanya. Ajaran ini mengacu pada Alkitab, yang
diklaim umat islam sebagai palsu. Orang Kristen diajarkan untuk mau dan bisa
mengampuni (Lukas 23: 34), mengasihi (Lukas 6: 27; Matius 5: 44), serta
mendoakan dan memberkati (Lukas 6: 28; 1Kor 4: 12; 1Petrus 3: 9) orang-orang
yang menghina, mencaci maki, membenci, memusuhi dan menganiaya mereka.
Selain itu, umat Kristen diajarkan untuk memikirkan apa yang terbaik bagi
kepentingan umum, bukan hanya kepentingan agamanya saja. Rasul Paulus
mengajarkan, “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang
baik bagi semua orang!” (Roma 12: 17; bdk juga 1Tesalonika 5: 15)). Jadi,
sekalipun mengalami penistaan, umat Kristen tidak langsung marah, menghojat dan
unjuk rasa yang dapat merugikan banyak pihak, melainkan diam. Dalam diam itu
mereka mengampuni, mendoakan dan memberkati.
Umat Kristen seakan menyadari bahwa tidak ada gunakan menunjukkan kekerasan
atau kekuatan demi membela agama. Tindakan ini akan memecah belah keutuhan
suatu masyarakat atau bangsa. Sikap yang diambil adalah menghargai dan
menghormati keyakinan orang lain, sekalipun keyakinan itu dinilai menistakan
keyakinannya. Jadi, orang Kristen menghormati dan menghargai keyakinan umat
islam bahwa Alkitab sekarang ini palsu atau bahwa yang mati di kayu salib itu
bukan Yesus, tetapi orang yang menyerupai Yesus.
Bagi umat Kristen keyakinan umat islam adalah keyakinan umat islam,
sedangkan umat Kristen punya keyakinannya sendiri. Sebenarnya, prinsip yang
dihayati umat Kristen ini ada dalam ajaran islam. Dalam surah al Kafirun ayat 6
Allah berfirman, “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” Jadi, bisa dikatakan
bahwa umat Kristen sudah menjalani ajaran Al Quran. Bagaimana dengan umat
islam?
Komentar
Posting Komentar