KASUS USTAZ ABDUL SOMAD: PUNCAK GUNUNG ES PENISTAAN AGAMA
Pada
tahun 2016, Ustaz Abdul Somad (UAS) mengadakan ceramah keagamaan (tausiyah) di
Masjid Annur di Pekanbaru. Saat itu ada seorang wanita
mengungkapkan perasaannya ketika melihat salib. Menyikapi persoalan yang diungkapkan
wanita itu Sang Ustaz memberikan jawaban, dan dalam jawaban itu terlontar
pernyataan “di salib itu ada jin kafir” dan “di dalam patung itu ada jin
kafir.” Tanpa disangka, ternyata ada orang yang mem-video-kan acara itu, dan
mem-posting-nya di media sosial tahun
ini sehingga menjadi viral.
Video
viral itu memantik emosi umat kristiani, baik protestan maupun katolik.
Sekalipun pimpinan kedua Gereja, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) dan
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), sudah menghimbau agar umat kristiani
tetap tenang dan tak perlu membawa masalah ini ke ranah hukum, tetap saja ada
sekelompok umat membawa kasus UAS ke polisi.
UAS
sendiri sudah memberikan klarifikasi terkait video viral itu. Bertempat di kantor
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Sang Ustaz memberikan pembelaannya. Ada 4
poin penting dalam klarifikasi itu, yaitu:
1.
Konteks video ceramahnya itu adalah
menjawab persoalan seorang audiens.
2.
Ceramahnya itu bersifat tertutup, hanya
untuk peserta yang hadir di masjid itu saja; bukan bersifat terbuka seperti di
lapangan terbuka atau di televisi.
3.
Apa yang disampaikan itu merupakan aqidah
islam, dan sudah menjadi kewajibannya untuk menyampaikan aqidah itu.
4.
Ceramah keagamaannya itu terjadi 3 tahun
lalu.
Dengan
4 poin penting itu, UAS menyatakan dirinya tidak bersalah. MUI pun meng-amin-i
pernyataan tersebut. Maratua Simanjuntak, wakil ketua MUI SUMUT, menegaskan, “Semua ulama telah sepakat bahwa isi
ceramah itu tidak bermasalah.” Dapat diartikan bahwa isi ceramah UAS sudah
sesuai dengan aqidah islam, yang fondasinya ada dalam Al-Qur’an dan hadis.
Sekalipun
isi ceramah UAS jelas-jelas telah menghina agama Kristen, baik itu katolik
maupun protestan, namun dari pembelaan yang diberikan UAS, dan didukung oleh
MUI, ada satu premis menarik, yaitu aqidah islam yang disampaikan secara
tertutup tidak dapat disalahkan. Kami sama sekali tidak tertarik dengan premis
tersebut. Kami hanya tertarik bahwa apa yang disampaikan UAS, sekalipun
menghina agama lain, adalah aqidah islam. Dari sinilah kami melihat bahwa kasus
UAS ini seperti puncak gunung es soal penghinaan agama yang dilakukan oleh umat
islam.
Gunung
es di lautan hanya terlihat sedikit, sedangkan sebagian besar badannya ada di
dalam laut. Sebagian besar badan gunung es tidak terlihat di atas permukaan
laut. Demikian pula soal penghinaan agama oleh umat islam yang dianggap sebagai
aqidah. Yang terlihat atau yang muncul di permukaan hanya sedikit (mungkin yang
bikin heboh baru kasus UAS), sementara yang tak terlihat bisa saja lebih
banyak. Hal ini didasarkan pada begitu banyaknya aqidah islam yang dalam sudut
pandang tertentu dinilai menghina agama lain, khususnya agama Kristen.
Penyampaian
aqidah islam ini tidak hanya dilakukan oleh tokoh agama, seperti ulama, kyai,
ustaz, da’i atau guru mengaji, tetapi bisa juga dilakukan oleh orangtua kepada
anaknya. Orang-orang ini terpanggil untuk menyampaikan aqidah islam, dan karena
disampaikan secara tertutup, maka mereka tidak bisa disalahkan.
Berikut
ini beberapa aqidah islam yang bernada hasutan kepada kebencian dan permusuhan:
1.
QS. At-Taubah: 16 dan QS. Ali Imran: 118.Di sini dinyatakan bahwa
umat islam dilarang untuk bersahabat dengan orang kafir. Siapa itu orang kafir?
QS Al-Maidah: 72 dan 73 dengan jelas menyebut orang kristiani (lebih luas
tentang kafir, silahkan baca di sini).
Dengan dasar ini, seorang penceramah dapat saja mengajak umatnya untuk tidak
bergaul dengan umat Kristen. Demi tegaknya aqidah islam, seorang bapak dapat
saja menasehati anaknya agar tidak berteman dengan orang Kristen. Di suatu
daerah seorang umat Kristen bercerita kalau umat islam di tempatnya sudah tidak
lagi datang ke rumahnya saat Natal. Padahal sebelumnya selalu ramai. Bukan tidak
mungkin, umat islam di tempat itu sudah menjalankan aqidah islam, yang bisa
saja disampaikan oleh penceramah islam.
2.
QS Al-Qashash: 86 dan QS. Al-Mumtahanah: 13. Di sini dinyatakan
bahwa umat islam dilarang saling
menolong
dengan orang kafir. Dengan merujuk QS Al-Maidah 72 dan 73, orang Kristen adalah
orang kafir (lebih luas tentang kafir, silahkan baca di sini). Demi tegaknya aqidah islam, seorang penceramah dapat saja
mengajak umatnya untuk tidak bekerja sama atau berbisnis dengan umat Kristen, karena engan bekerja sama atau berbisnis sama saja
artinya menolong. Demi tegaknya aqidah islam, seorang bapak
dapat saja menasehati anaknya agar tidak membeli di toko orang Kristen. Di
daerah Dabo-Singkep ada orang kristiani beternak ayam potong. Mereka harus memakai
orang islam yang memotong dan menjual ayamnya kalau mau ayamnya laku. Ternyata,
umat islam tidak akan membeli ayam dari pedagang atau peternak ayam Kristen. Di
daerah Bangka, seorang bapak terpaksa menyembunyikan identitas agamanya ketika
berjualan, agar umat islam mau beli barang dagangannya. Bukan tidak mungkin,
umat islam di tempat itu sudah menjalankan aqidah islam, yang bisa saja
disampaikan oleh penceramah islam.
3.
QS. At-Taubah:
84. Di sini dinyatakan kalau umat islam ada bersama dengan orang kafir, maka
jenasahnya kelak tidak akan dishalatkan. Hal ini sudah terjadi ketika pilgub
DKI lalu. Dua jenasah yang mendukung Basuki Tjahaya Purnama, yaitu Hindun bin
Raisan dan Ulfie Supiati binti Muhammad Undu, ditolak untuk dishalatkan. Dasar
aqidah islam tersebut mungkin juga didukung dengan pendasaran lain lagi, yaitu
QS. Al-Mumtahanah: 9. Bukan tidak mungkin, umat islam waktu itu
sedang menjalankan aqidah islam, yang bisa saja disampaikan oleh penceramah
islam.
4.
QS. Al-Baqarah: 173, QS. Al-Maidah: 3, QS.
Al-An’am: 145, QS. An-Nahl dan HR. Abu Daud. Teks-teks ini berbicara soal
pengharaman daging babi. Untuk tegaknya aqidah islam, maka umat islam diajak
untuk tidak bersentuhan dengan semua yang terkait dengan babi. Semua umat islam
tentu sudah tahu kalau orang Kristen makan babi. Bukan tidak mungkin dalam
ceramahnya, seorang penceramah mengajak umat islam untuk tidak datang dan
menggunakan perkakas rumah tangga orang kristiani, karena sudah terkontaminasi dengan
daging atau lemak babi. Demikian pula nasehat orangtua kepada anaknya. Karena
itu, tak heran di beberapa tempat, umat islam yang berkunjung ke rumah orang
kristiani menolak minum minuman yang dihidangkan tuan rumah bila menggunakan
perkakas rumah tangga (tidak dengan minuman kemasan). Dapatlah dikatakan bahwa
umat islam itu sedang menjalankan aqidah islam, yang bisa saja disampaikan oleh
penceramah islam.
5.
HS Muslim 24:
5246, 5248, 5249, 5250, 5254 dan 5266. Dapat dikatakan kutipan-kutipan hadis
ini mengajak umat islam untuk tidak menyimpan atau memajang gambar, patung dan
foto. Alasannya, seperti yang dikatakan UAS, di sana ada jin kafir. Karena
dalam gambar, patung dan foto ada jin kafir, maka penceramah akan mengajak umat
islam, tidak hanya untuk tidak menyimpannya di rumah tetapi juga
menghindarinya. Dan terkait dengan menghindari inilah, demi tegaknya aqidah
maka umat islam dilarang untuk berkunjung ke rumah orang Kristen, karena dapat
dipastikan di sana ada gambar, foto dan juga patung.
6.
QS. An-Nisa: 157. Surah ini berbicara soal siapa yang ada di salib. Jika orang
kristiani meyakini bahwa yang disalib itu adalah Yesus Kristus, maka umat islam
yakin bahwa itu bukanlah Yesus, melainkan orang yang menyerupai Dia. Bisa saja
penceramah mengatakan bahwa orang kristiani salah mengimani atau bodoh, karena
telah ditipu dengan tampilan orang yang menyerupai Yesus. Ada juga yang
mengejek iman kristiani ini dengan kata-kata, “Tuhannya orang Kristen
telanjang.”
7.
QS. Al-Maidah: 41 dan QS. Al-Baqarah: 75.
Di sini dikatakan bahwa Alkitab sudah dipalsukan. Dengan menggunakan dasar
aqidah islam ini, bisa saja penceramah mengatakan bahwa orang-orang kristiani
telah dibohongi Alkitab, karena mereka percaya pada Alkitab yang sekarang ini.
Untuk menguatkan argumennya, penceramah biasanya menampilkan beberapa
kutipan-kutipan dari Alkitab yang berubah-ubah. Dari sini penceramah tentu akan
mengajak umat islam untuk mencintai Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kitab
yang benar. Dasar kebenaran ini ada dalam QS. Al-Haqqah: 51, QS. As-Sajdah: 2,
dan QS. Az-Zumar: 1, 2, 41.
Demikianlah
7 poin aqidah islam, yang pada sudut pandang tertentu dapat bernuansa hasutan
kepada kebencian dan permusuhan. Dan semua ini, bukan tidak mustahil, sudah
banyak terjadi dalam kehidupan namun tidak muncul di permukaan. Baru kasus
UAS-lah mata orang terbuka ternyata dalam aqidah islam terdapat ajaran yang
menghasut umat kepada kebencian dan permusuhan. Hal inilah yang dikatakan
sebagai fenomena gunung es.
Sebenarnya
aqidah islam tidakhanya membenci orang Kristen, yang dinilai sebagai kafir
(dengan cara menghina), tetapi dapat menjurus ke hal yang lebih ekstrem, yaitu
memusuhi dan membunuh orang kafir. Pendasaran aqidah ini ada dalam QS. At-Tahrim: 9; QS. At-Taubah: 73 dan 123; QS.
An-Anfal: 7 dan 17; QS. An-Nisa: 89, QS. Al-Baqarah: 195. Demi tegaknya aqidah
islam, penceramah akan mengajak umat islam untuk memusuhi orang kafir (baca:
orang kristen). Tak bisa dipungkiri, para teroris juga sedang menegakkan aqidah
islam dengan membunuh orang kafir, umat islam yang murtad (dasarnya ada dalam
HS. Bukhari, vol. 9, no. 57, 58).
Kesimpulan apa yang dapat diambil dari uraian di
atas? Kita dapat mengatakan bahwa sumber hasutan kepada kebencian, permusuhan
dan pembunuhan terhadap orang kafir ada dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dengan kata
lain, agama islam membolehkan menghina, memusuhi bahkan membunuh orang kafir.
Komentar
Posting Komentar