MELIHAT TOLERANSI PADA PESTA PERKAWINAN


Akhirnya Barto menikah dengan Maria. Seusai misa pemberkatan di gereja, mereka langsung mengadakan acara resepsi. Ada banyak tamu undangan yang datang. Dan di antara tamu yang datang itu, tak sedikit juga tamu beragama islam. Maklum, keluarga dari pihak ibu mempelai wanita berasal dari suku melayu, yang tersebar di Kepulauan Lingga.

Untuk menghormati tamu undangan yang beragama islam, maka panitia acara hanya menyajikan hidangan halal di satu meja khusus. Mereka hanya menyiapkan daging sapi, ayam dan ikan. Sama sekali tidak ada masakan daging babi atau anjing, sekalipun keluarga Yosef dan keluarga ayah Maria berasal dari Flores. Bagi orang Flores, daging babi dan anjing dalam acara pesta merupakan suatu keharusan. Namun untuk menghormati tamu yang beragama islam, mereka hapus keharusan itu.
***
Akhirnya Abdul menikah dengan Molly di hadapan penghulu. Keduanya sudah pacaran sejak kuliah semester akhir. Molly adalah peranakan Menado (ayah) dan Bugis (ibu). Ayahnya sudah mualaf sejak menikahi ibunya.
Pesta pernikahan diadakan di tempat kediaman mempelai pria. Semua keluarga Molly diundang, termasuk dari garis keluarga ayah. Semua keluarga dari ayah beragama kristen. Dan sudah menjadi kebiasaan, mereka semua makan daging babi atau anjing (rica-rica). Pesta apapun pasti selalu ada rica-rica babi atau anjing.
Akan tetapi, sayangnya dalam acara pesta itu tak ada rica-rica babi atau anjing. Tidak ada meja khusus yang menyajikan masakan daging babi atau anjing untuk menghormati tamu undangan dari keluarga ayah Molly. Artinya, hidangan hanya menjawab kebutuhan umat islam.
***
Dari dua kisah ini, mana yang menunjukkan toleransinya? Memang sangat sederhana, namun dari sini dapat diketahui agama mana yang toleran dan mana yang tidak toleran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AGAMA ADALAH ROH TERORISME

MEMBACA BUKU “TIGA PILAR AGAMA ISLAM: PENGANTAR KEPADA PENGENALAN AGAMA ISLAM”

MENGENAL KATA ‘KAFIR’ DALAM ISLAM