INILAH LIMA FAKTA TENTANG NABI MUHAMMAD YANG PERLU DIKETAHUI, KHUSUSNYA UMAT ISLAM
Bagi umat islam, Muhammad tidak hanya dikenal sebagai nabi penutup, tetapi juga sebagai insan kamil, manusia sempurna. Jika ditanya kenapa dikatakan demikian, tentulah umat islam langsung merujuk pada Alqur’an. Umat islam percaya bahwa Alqur’an merupakan wahyu yang langsung dari Allah. Apa yang tertulis dalam Alqur’an, diyakini sebagai kata-kata Allah sendiri. Karena Allah diimani sebagai maha benar, maka apa yang dikatakan dalam Alqur’an adalah juga benar. Dalam QS al-Haqqah: 51, dikatakan bahwa Alqur’an adalah kebenaran yang meyakinkan. Terkait dengan Muhammad, apa yang dikatakan Allah tentangnya tentulah merupakan satu kebenaran yang pasti.
Muhammad
sebagai nabi penutup telah dikatakan Allah dalam QS al-Ahzab: 40, sedangkan gelar
insan kamil merujuk pada wahyu Allah dalam QS al-Ahzab: 21 dan QS al-Qalam: 4.
Dua wahyu Allah ini membuat umat islam menilai Muhammad sebagai teladan tingkah
laku yang sempurna. Karena itu, tidak heran bila sosoknya dijadikan contoh
teladan bagi pemeluk islam. Setiap perkataan, sikap dan perbuatan Muhammad
selalu dijadikan rujukan tingkah laku umat islam. Jadi, setiap umat islam akan
melakukan apa yang dikatakan Muhammad, dan akan berbuat seperti sikap dan
perbuatan Muhammad. Tak sedikit umat islam menyanjungnya.
Akan
tetapi, jika ditanya dimana letak kesempurnaan Muhammad, tentulah akan terjadi
perdebatan hangat. Kata “sempurna”, secara negatif, bisa dimaknai sebagai tidak
ada cela. Bagi orang yang punya akal sehat, gelar “sempurna” yang disematkan
pada Muhammad tak dapat diterima. Logika sederhananya begini: manusia itu tidak
sempurna; Muhammad adalah manusia; maka Muhammad tidak sempurna. Tentulah umat
islam menolak logika ini. Mereka pasti akan menampilkan semua sisi positif
Muhammad dan mengabaikan sisi negatif. Dengan kata lain, umat islam akan tidak
mengakui adanya sisi negatif Muhammad. Mereka tidak sadar kalau sikap seperti
itu mengandung konsekuensi iman.
Kalau
melihat sisi positif Muhammad, tentulah mudah didapat, karena semua itu sudah
diketahui oleh pemeluk islam. Umat islam perlu juga mengetahui sisi negatif
Muhammad. Perlu diketahui bahwa sisi negatif ini bukan lahir dari orang-orang
yang membenci atau memusuhi Muhammad, melainkan dari Allah dan orang-orang yang
dicintainya. Jadi, jika umat islam mau menerima sisi positif Muhammad dari
wahyu Allah, kenapa mereka menolak wahyu Allah yang memaparkan kenegatifan
Muhammad? Hadis dianggap sebagai salah satu sumber kebenaran islam. Menolak
sisi negatif Muhammad dapat berarti menolak salah satu sumber kebenaran islam.
Berikut
ini akan dipaparkan fakta tentang Muhammad yang wajib diketahui oleh pemeluk
islam. Perlu diketahui bahwa fakta-fakta ini bersumber dari sumber islam
sendiri.
1.
Punya
dosa
Ini
fakta pertama: ternyata Muhammad punya dosa. Kedosaan ini hendak membuktikan
bahwa dia adalah manusia, bukan malaikat. Fakta Muhammad memiliki dosa dapat
dibaca dalam ayat-ayat Alqur’an,
yang merupakan wahyu Allah (QS al-Fath: 2, QS Hud: 112 dan QS at-Taubah 117).
Dengan perkataan lain, kedosaan Muhammad itu dinyatakan oleh Allah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Karena memiliki dosa, Muhammad tidak jauh beda
dengan manusia lainnya. Allah menyatakan bahwa Muhammad tidak bisa menjamin
keselamatannya sendiri (QS al-Ahqaf: 9), sehingga untuk keselamatannya Allah
terpaksa meminta umat islam untuk mendoakan Muhammad (QS al-Ahzab: 56). Jadi,
jika Allah sendiri mengatakan Muhammad punya dosa dan tak bisa menyelamatkan
dirinya sendiri, pantaskah dia dikatakan manusia sempurna? Atau dimanakah letak
kesempurnaan Muhammad sehingga patut diteladani? Umumnya orang yang disebut
sempurna setidaknya tidak mempunyai cela, apalagi dosa. Padahal Muhammad ada,
meski tidak disebutkan apa dosanya. Sementara Nabi Isa Almasih, yang oleh Allah
disebut “suci” (QS Maryam: 19), tak pernah dinyatakan dan dianggap sebagai
manusia sempurna.
2.
Menikahi
anak usia dini
Adanya
dosa menunjukkan adanya kelemahan kepribadian Muhammad. Tentang hal ini
tentulah para hetter mempunyai
segudang catatan. Namun, di sini tidak akan ditampilkan catatan mereka,
melainkan hanya didasarkan pada sumber islam. Adalah fakta bahwa Muhammad
pernah menikahi perempuan usia 6 tahun dan bersetubuh dengan anak usia 9 tahun.
Gadis yang dinikahi dan disetubuhi itu kemudian menjadi istri favoritnya, yaitu
Siti Aisyah. Fakta ini didasarkan pada pengakuan Aisyah sendiri, yang dapat
dibaca dalam 2 hadis terpercaya, yaitu HS Bukhari Vol 7, Bk. 62, no. 64 – 65,
88, dan HS Muslim Bk 8, no. 3310. Perlu diketahui bahwa pada saat menikahi
Aisyah itu, usia Muhammad sudah hampir memasuki 60 tahun. Jadi, pria yang
disebut sebagai nabi, pada usia hampir 60 tahun menyetubuhi anak gadis usia 9
tahun. Pantaskah itu dilakukan oleh seorang nabi? Pantaskah itu disebut sebagai
teladan tingkah laku yang sempurna? Apakah hal ini membuat Muhammad diberi
gelar manusia sempurna? Apapun jawabannya, setiap umat islam wajib menghidupi
apa yang dilakukan oleh Muhammad, karena dia adalah teladan tingkah laku yang
sempurna. Jadi, muslim sejati pastilah akan menikahi anak usia 6 tahun atau
menyetubuhi anak usia 9 tahun seperti yang dicontohi sang insan kamil.
3.
Kekuatan
seks yang super
Satu
fakta yang tak bisa dipungkiri adalah bahwa Muhammad mempunyai kemampuan
seksual yang super. Hal ini bukan saja didasarkan pada jumlah istri yang
terbilang banyak, tetapi juga kemampuan berhubungan seks dengan istri-istrinya.
Dalam HS Bukhari Vol 1, Bk. 5, no. 282 diceritakan bahwa dalam satu malam
Muhammad berhubungan seks dengan 9 orang istrinya. Memang tidak ada keterangan
apakah ini dilakukan sekali seminggu, atau sebulan sekali atau setiap hari. Juga
tak ada informasi apakah itu dilakukan bersamaan atau satu per satu
(bergiliran). Jika dilakukan bersamaan (9 istri dalam satu ruang), tidak ada
keterangan berapa lama adegan persetubuhan tersebut; dan jika dilakukan
bergiliran, berapa lama yang dibutuhkan Muhammad untuk berhubungan seks dengan
satu istrinya. Namun yang pasti, dalam satu malam Muhammad bersetubuh dengan 9
orang istrinya. Tentulah membutuhkan tenaga ekstra supaya mampu melakukan hal
tersebut. Apakah kekuatan ekstra ini yang membuat Muhammad dinilai sebagai
manusia sempurna? Berhubung setiap umat islam wajib menghidupi apa yang
dilakukan oleh Muhammad, maka umat islam pertama-tama harus berpoligami dan
berupaya untuk bersetubuh dengan istri-istrinya dalam satu malam seperti yang
dicontohi oleh Muhammad.
4.
Disetarakan
dengan Allah
Agama
islam dikenal sebagai agama tauhid. Konsep tauhid dipahami dengan pengakuan
hanya satu Allah. Tidak ada Allah yang lain. Adalah dosa berat bila
menyekutukan Allah. Akan tetapi, dalam Alqur’an
bisa ditemukan wahyu Allah yang secara implisit menempatkan Muhammad “setara”
dengan Allah. Inilah fakta keempat, yaitu Muhammad “setara” dengan Allah. Dalam
QS an-Nisa: 80 dikatakan bahwa taat kepada Muhammad sama artinya taat kepada
Allah. Ada banyak ayat Alqur’an
yang menuntut umat islam untuk taat kepada Allah dan Muhammad. Kalau
menggunakan kalimat negatif, tak taat kepada Muhammad, berarti tak taat kepada
Allah. Wow, luar biasa. Di sini
Muhammad sama dengan Allah. Wahyu Allah dengan nada seperti ini diulang kembali
dengan pembalikan subyek dalam QS al-Anfal: 1. Pada surah ini ditegaskan bahwa
ketaatan kepada dua subyek ini menjadi indikasi keberimanan. Sementara dalam QS
al-Fath: 9 sosok Muhammad diimani sama seperti mengimani Allah. Karena
kesetaraan itu akan ada dampak jika umat islam tidak memperhatikan atau
menghormati kesetaraan itu. Ada banyak wahyu Allah yang menegaskan hal ini,
misalnya menentang Allah dan Muhammad berarti masuk neraka (QS at-Taubah: 64)
atau hinaan (QS al-Mujadilah: 20); memerangi Allah dan Muhammad berarti mati
atau dibunuh (QS al-Maidah: 33); menyakiti Allah dan Muhammad berarti dilaknat
atau mendapat azab (QS al-Ahzab: 57); tak beriman pada Allah dan Muhammad
berarti masuk neraka (QS al-Fath: 13).
Dari
wahyu-wahyu Allah ini terlihat jelas adanya kesetaraan antara Muhammad dan
Allah. Ketaatan kepada Allah tidak akan lengkap tanpa ketaatan kepada Muhammad,
atau iman kepada Allah tidak sempurna tanpa beriman kepada Muhammad (bisa juga
sebaliknya). Ini menjadi semacam ironi. Di satu sisi islam melarang
menyekutukan Allah, namun di sisi lain ia justru menyekutukan Allah. Kesetaraan
dengan Allah ini terlihat dari kewenangan Muhammad menentukan seseorang masuk
surga atau neraka, padahal kewenangan itu hanya milik Allah saja. Atau Muhammad
berkuasa untuk menentukan seseorang bisa dibunuh atau tidak, padahal hidup mati
manusia ada di tangan Tuhan. Apakah kesetaraan ini yang membuat Muhammad diberi
gelar manusia sempurna?
5.
Mengajarkan
umat islam membunuh orang murtad
Mungkin
karena statusnya “setara” dengan Allah, maka Muhammad mempunyai kuasa atas
hidup mati orang. Seperti Allah yang berkuasa mencabut nyawa manusia, Muhammad
pun demikian. Muhammad memerintahkan umat islam untuk membunuh orang islam yang
meninggalkan islam, alias murtad. Perintah ini dapat ditemui dalam HS Bukhari
Vol. 9, Bk. 84, no. 57. Sejalan dengan fakta keempat, perintah ini menjadi
kewajiban bagi umat islam, karena taat kepada Muhammad berarti juga taat kepada
Allah. Karena itu, dalam no. 58 dari sumber hadis yang sama, dikatakan bahwa
membunuh orang yang murtad merupakan perintah Allah dan Muhammad. Orang islam
yang beriman mau tak mau harus melakukan hal ini sejalan dengan wahyu Allah (QS
al-Anfal: 1). Dapat dikatakan bahwa kesempurnaan Muhammad terletak pada
perintahnya untuk membunuh orang murtad. Sebagai teladan tingkah laku yang
sempurna, yang mewajibkan umat islam mengikutinya, maka setiap umat islam
terpanggil untuk membunuh orang islam yang murtad. Inilah fakta kelima
Muhammad. Karena setiap umat islam wajib melaksanakan apa yang dikatakan oleh
Muhammad, maka umat islam wajib membunuh setiap orang islam yang murtad.
DEMIKIANLAH
lima fakta tentang nabi Muhammad, yang oleh umat islam dinilai sebagai manusia
sempurna, dan oleh Allah dikatakan “berbudi pekerti yang luhur.” (QS al-Qalam:
4). Sebenarnya masih banyak fakta lain lagi yang bisa diungkapkan. Salah
satunya adalah ajaran Muhammad, yang secara medis sungguh bertentangan dengan
akal sehat. Akan tetapi, karena sudah dikatakan sebagai insan kamil dan teladan
tingkah laku yang sempurna, maka umat islam wajib mengikutinya. Bagi orang yang
mempunyai akal sehat, tentulah pernyataan Allah dan juga penilaian umat islam
sungguh tak masuk akal. Bagaimana mungkin orang yang menikahi anak usia 6 tahun
dan bersetubuh dengan anak usia 9 tahun bisa disebut “berbudi pekerti yang
luhur.”? Bagaimana mungkin orang dengan perintah yang kejam nan biadab layak
dikatakan “berbudi pekerti yang luhur.”?
Yang
sedikit menggangu akal sehat lainnya adalah fakta keempat. Allah sendiri telah
menyatakan bahwa Dia tidak mau disekutukan. Artinya, hanya Dia saja yang
disembah dan diimani. Bagaimana mungkin Allah mengangkat seorang manusia untuk
ditaati, seperti taat kepada diri-Nya? Bagaimana mungkin Allah mengangkat
seorang manusia untuk diimani, seperti mengimani diri-Nya? Apakah Allah tidak
sadar kalau pernyataan-Nya itu menimbulkan kesan Muhammad setara dengan diri-Nya?
Jika Allah tidak sadar, maka Allah itu sungguh maha bodoh; dan jika Allah
sadar, maka Allah itu menyangkal diri-Nya sendiri, dan ini pun membuat Allah
sungguh maha bodoh. Kebodohan Allah itu terlihat pada dua hal, yaitu [1]
bagaimana mungkin orang yang sudah dinyatakan berdosa layak “disetarakan”
dengan diri-Nya; dan [2] Allah telah menyatakan tidak ada yang setara dengan
diri-Nya, tapi Allah sendiri justru membuat Muhammad “setara” dengan diri-Nya.
Sekali
lagi, kelima fakta nabi Muhammad ini, secara manusiawi, sungguh tidak masuk
akal sehat. Namun anehnya, semua umat islam, dari yang tidak berpendidikan
hingga yang berpendidikan tinggi, tetap melihat Muhammad sebagai manusia
sempurna sekalipun tahu akan fakta-fakat tersebut. Entah bagaimana caranya umat
islam memahaminya sehingga kelima fakta tersebut menjadi masuk akal mereka.
Hanya umat islam saja yang tahu.
Komentar
Posting Komentar