MELIHAT KISAH PENCIPTAAN ADAM DAN HAWA DALAM ALQUR'AN
Umat islam menyakini Alqur’an langsung berasal dari Allah SWT. Ada dua versi pemaknaan dari kata “langsung” ini. Ada segelintir orang memahami bahwa Alqur’an, sebagai sebuah kitab, langsung diberikan utuh kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini didasarkan pada kisah turunnya wahyu pertama, saat Muhammad bersemedi di gua Hira. Saat itu suatu malaikat menampakkan diri kepada Muhammad dan memberi perintah singkat: Bacalah! Penafsir mengartikan bahwa pada waktu itu sudah ada kitab, yang kemudian dikenal dengan nama Alqur’an. Pemaknaan seperti ini mirip dengan kisah pertobatan Agustinus, yang mendengar suara anak kecil: Bangkit dan bacalah! Agustinus kemudian bangkit dan mengambil Kitab Perjanjian Baru dan dibukanya pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma.
Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara
bertahap dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu
Mekkah dan Madinah. Makna “langsung” di sini adalah bahwa ayat-ayat yang ada
dalam Alqur’an sekarang langsung berasal dari Allah. Keyakinan ini diperkuat
dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam QS As-Sajdah: 2 dan QS
Az-Zumar: 1 – 2, 41. Jadi, ayat-ayat Alqur’an tidak hanya dinilai sebagai suci
oleh umat islam, tetapi juga benar, karena Allah, yang mewahyukannya, adalah
mahabenar. Karena itu, dalam QS Al-Haqqah: 51 dikatakan bahwa “Alqur’an itu
kebenaran yang meyakinkan.”
Agama islam mengajarkan kepada umatnya bahwa Adam dan Hawa itu nyata ada.
Hal ini dapat dipahami karena Adam dan Hawa itu ada dalam Alqur’an, dan Alqur’an
itu merupakan perkataan Allah. Karena itu, mereka tidak hanya diyakini sebagai
manusia pertama, tetapi juga sebagai nabi (khusus Adam). Bagaimana
kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam Alqur’an?
Harus diakui bahwa kisah penciptaan Adam dan Hawa dalam agama islam sedikit
berbeda dengan yang ada dalam agama Yahudi dan Kristen. Jika dalam agama Yahudi
dan Kristen kisah Adam dan Hawa terdapat pada satu kitab (atau surat) saja,
dalam Alquran kisah itu tersebar dalam beberapa surah. Misalnya, dalam QS
An-Nisa: 1 (yang agak mirip dengan QS Al-Araf: 189); QS Ali Imran: 59 dan QS
Al-Hijr: 26. Selain itu, kisah penciptaan manusia pertama (Adam dan Hawa),
dalam Alkitab merupakan satu rangkaian kisah penciptaan alam semesta. Sementara
dalam Alqur’an kisah ini sungguh di luar. Tidak jelas apa kaitannya. Tiba-tiba
saja muncul ayat yang bercerita tentang penciptaan Adam dan Hawa. Itu pun hanya
satu ayat saja.
Berbeda dengan versi Alkitab, kisah Adam (dan Hawa) dalam Islam bukan dalam
bentuk narasi yang enak dibaca. Malah dapat dikatakan kisahnya agak
membingungkan. Salah satu faktor yang membuat bingung adalah adanya perbedaan
dalam kisah-kisah tersebut. Memang perbedaan kisah Adam dan Hawa terdapat juga
dalam Alkitab, namun perbedaan itu dapat dijelaskan, yaitu dari sumbernya yang
berbeda (tradisi P dan tradisi Y). Berbeda dengan
Alqur’an yang berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT sendiri. Bagaimana
mungkin dari satu sumber dapat lahir kisah-kisah yang berbeda?
Mari kita lihat kisah penciptaan Adam dan Hawa. Alqur’an menyebutkan bahwa
manusia yang pertama diciptakan Allah adalah Adam. Dari bahan apa Allah
menciptakan Adam? Dalam QS Ali Imran: 59 tertulis bahwa Adam diciptakan
dari tanah. Akan tetapi dalam QS Al-Hijr: 26 dikatakan bahwa
Adam itu diciptakan dari tanah liat kering dari lumpur hitam. Informasi
surah al-Hijr (15) ini agak membingungkan. Mana persisnya bahan untuk
menjadikan Adam: apakah tanah liat kering atau apakah
lumpur hitam atau apakah tanah liat kering itu yang berasal
dari lumpur hitam. Poin ketiga malah justru menimbulkan kebingungan baru:
bagaimana mungkin dikatakan kering kalau diambil dari lumpur? Kering itu jelas
berbeda dari lumpur, yang mengandung kadar air.
Bagaimana kisah penciptaan Hawa? Kisah penciptaan Hawa, yang kemudian
dikenal sebagai istri Adam, hanya terdapat dalam QS An-Nisa: 1. Memang QS
Al-Araf: 189 juga menyebut secara implisit kisah tersebut, namun kesannya agak
lucu, karena tidak ada kaitan dengan ayat sebelumnya (188), dan jika dikaitkan
dengan ayat sesudahnya (190); maka sama sekali menjadi tidak relevan. Ayat
dalam surah al-A’raf ini sama sekali tidak menyebut kata “Adam”. Dapat
dikatakan bahwa kata Adam yang ada merupakan tambahan kemudian oleh tangan
manusia.
Alqur’an sama sekali tidak menyebut secara langsung nama Hawa. Alquran
menggunakan istilah “isterimu” untuk menyebut Hawa. Memang dalam QS An-Nisa: 1
ada ditulis kata ‘Hawa’, namun kata itu merupakan tambahan kemudian, bukan asli
tertulis dalam Alqur’an (terlihat tulisannya berada di dalam tanda kurung).
Alqur’an versi Noble Quran sama sekali tidak menulis kata
tersebut, bahkan kata ‘Adam’ seperti dalam versi Departemen Agama RI juga tidak
ada. Jadi, nama Hawa baru dimasukkan ke dalam Alqur’an kemudian hari (tidak
tahu persisnya), sehingga nama itu bukan berasal dari Allah (mengingat apa yang
tertulis dalam Alqur’an adalah sabda Allah).
Jika Adam berasal “dari tanah” dan “dari tanah liat kering dari lumpur
hitam”, tidak ada informasi jelas apakah Hawa juga diciptakan dari bahan yang
sama. Surah an-Nisa hanya menyebut bahwa Hawa berasal dari diri Adam. Apakah
dari diri Adam itu bisa diartikan dari rambutnya atau dari telapak kakinya,
apakah dari darahnya, air maninya atau dari air liurnya? Sangat tidak jelas.
Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu tidak menyebutnya dengan terang
benderang? Apakah Allah sungguh tidak tahu atau lupa?
Karena itu, keyakinan umat islam bahwa Hawa berasal dari tulang rusuk Adam
harus diragukan, karena Allah SWT sama sekali tidak menyebutnya. Demikian pula
keyakinan bahwa istri Adam itu bernama Hawa. Alquran sama sekali tidak menyebut
nama itu.
Komentar
Posting Komentar