KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-ANKABUT AYAT 47
Dan demikianlah Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Adapun orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekkah) ada yang beriman kepadanya. Dan hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami. (QS al-Ankabut: 47)
Dewasa kini, jika dikatakan Alqur'an orang langsung
memahaminya sebagai kitab suci umat islam yang bertuliskan bahasa Arab, yang
terdiri dari 114 surah. Alqur'an merupakan pusat spiritualitas umat islam. Ia
dipercaya sebagai wahyu Allah yang disampaikan langsung kepada nabi
Muhammad SAW (570 – 632 M). Kepercayaan ini didasarkan pada perkataan Allah sendiri yang
banyak tersebar dalam Alqur'an. Karena Allah itu mahabenar, maka perkataan-Nya,
yang tertulis di dalam Alqur'an adalah juga benar. Hal inilah yang kemudian
membuat Alqur'an dikenal sebagai kitab kebenaran. Jika ditanya kepada umat
islam kenapa begitu, pastilah mereka menjawab karena itulah yang dikatakan Alqur'an.
Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Alqur'an di
atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa
yang tertulis pada kutipan di atas (kecuali yang ada di dalam tanda kurung),
semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh
manusia. Seperti itulah kata-kata Allah (sekali lagi minus yang di dalam tanda
kurung). Karena surah ini masuk dalam kelompok surah
Makkiyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini
saat Muhammad ada di Mekkah.
Pada kutipan di atas ada 2 kali kata “kitab” disebut.
Pada sebutan “kitab” yang pertama langsung diberi keterangan dalam tanda kurung
dengan kata “Alqur'an”. Ini berarti kitab yang dimaksud adalah Alqur'an.
Sedangkan pada sebutan yang kedua dipahami dengan Taurat dan Injil, terlihat
frase dalam tanda kurung. Kedua kitab tersebut berasal dari sumber yang sama,
yaitu Allah yang berbicara kepada Muhammad. Dalam kutipan itu digunakan kata
“turunkan” dan “berikan”, yang memiliki makna yang sama, dan sumbernya
menggunakan kata ganti orang ketiga jamak “Kami”.
Sebagaimana yang diketahui, setiap kata atau frase yang
berada di dalam tanda kurung merupakan tambahan kemudian yang asli berasal dari
manusia, bukan dari Allah. Dengan perkataan lain, Allah tidak pernah
mengucapkan kata atau frase dalam tanda kurung. Hal inilah yang kemudian
membuat adanya perbedaan antara satu Alqur'an dengan Alqur'an lainnya.
Misalnya, untuk kata “kitab” yang kedua ada Alqur'an memahaminya dengan Taurat
saja, Alqur'an lain memahaminya dengan Taurat dan Injil. Silahkan bandingkan Alqur'an pada http://www.indoquran.web.id/ dan https://quran.kemenag.go.id/.
Sangat menarik jika kutipan wahyu Allah di atas ditelaah
dengan menggunakan akal sehat. Ada beberapa poin penting untuk direnungkan
lebih lanjut.
1. Soal sebutan “kitab” yang bermakna berbeda-beda. Yang
pertama bermakna Alqur'an, dan kedua bermakna Taurat dan Injil. Harus dipahami
bahwa pemaknaan “kitab” sebagai Alqur'an, Taurat dan Injil bukan berasal dari
Allah. Itu merupakan penambahan dikemudian hari, yang berasal dari manusia
sehingga wahyu Allah itu dapat dipahami. Menjadi pertanyaan, apakah Alqur'an yang
dimaksud waktu itu adalah Alqur'an yang dipahami sekarang ini? Jika membandingkan dengan sebutan “kitab” yang kedua,
kita bisa mengatakan bahwa Alqur'an yang dimaksud adalah Alqur'an yang dipahami
seperti saat ini. Artinya, saat itu sudah ada kitab yang bernama Alqur'an, yang
terdiri dari surah-surah. Alasannya, waktu wahyu ini turun, sudah ada kitab
yang bernama Taurat dan Injil.
Menjadi
persoalan ketika kutipan ayat di atas dipertentangan dengan wahyu Allah lainnya
dalam QS al-Furqan: 32. Wahyu Allah ini juga turun di Mekkah. Di sini Allah
mengutip pernyataan orang kafir yang berkata, “Mengapa Alqur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Dari surah al-Furqan ini dapat kita simpulkan bahwa
waktu itu belum ada kitab yang bernama Alqur'an. Muhammad hanya menyampaikan
wahyu Allah sepotong-sepotong.
2. Pemaknaan kitab yang kedua adalah Taurat
dan Injil. Apa yang dimaksud dengan kedua
kitab ini? Penelusuran atas Alqur'an yang ada sekarang ini tidak akan ditemukan
jawabannya. Allah tidak memberikan penjelasan apa arti Taurat dan Injil. Apakah
maknanya sama seperti yang dipahami oleh orang Yahudi dan Kristen? Sekali lagi
tidak ada kejelasan.
Hal ini
bukan tanpa masalah. Ada banyak wahyu Allah yang menyatakan bahwa Alqur'an merupakan keterangan yang jelas. Ketika kita membandingkan dengan kutipan wahyu
Allah di atas maka akan ditemukan adanya pertentangan. Di satu sisi Allah
mengatakan bahwa wahyu-Nya jelas, di sisi lain terlihat kalau wahyu-Nya tidak
jelas.
3. Ada juga yang menarik ketika dikatakan bahwa ada orang
yang diberikan Allah kitab Taurat dan Injil. Tentulah dapat dipastikan bahwa orang-orang tersebut
adalah orang Yahudi dan Kristen, karena kitab Taurat itu diidentikkan dengan orang
Yahudi sedangkan Injil dengan orang Kristen. Yang menjadi menarik adalah
pernyataan Allah berikutnya, yaitu bahwa orang
Yahudi dan Kristen beriman kepada Alqur'an.
Menjadi
pertanyaan, benarkah orang Yahudi dan Kristen yang dimaksud dalam wahyu Allah di atas beriman
kepada Alqur'an? Dari penelusuran Alqur'an yang ada sekarang ini ada
banyak wahyu Allah yang mengutip pernyataan orang yang menolak atau bersikap
negatif terhadap Alqur'an. Orang di sini bisa saja orang
Yahudi dan Kristen. Mereka mengatakan
bahwa Alqur'an hanyalah kebohongan yang dibuat oleh
Muhammad dan para pengikutnya (QS al-Furqan: 4). Karena itu, agak sulit dipercaya
pernyataan Allah bahwa orang Yahudi dan Kristen beriman juga kepada Alqur'an.
4. Ada 2 sebutan kata ganti orang jamak selain “Kami”, yaitu
kata “mereka”. Pada kutipan di atas, kata “mereka” yang pertama tidak diberi
keterangan, sedangkan yang kedua diberi keterangan dalam tanda kurung, yaitu “orang-orang
kafir Mekkah”. Sekalipun tidak diberi
keterangan, kata “mereka” yang pertama dapat dipahami sebagai orang-orang
yang telah diberikan
Kitab oleh Allah. Karena kitab yang dimaksud adalah Taurat
dan Injil, maka orang yang dimaksud adalah orang
Yahudi dan Kristen.
Sedikit
tidak masuk akal sehat adalah ketika memahami kata “mereka” kedua dengan “orang-orang
kafir Mekkah”. Pemaknaan kata “mereka” yang
pertama masih masuk akal, karena terkait dengan kalimat sebelumnya, namun yang
kedua ini sungguh sulit dipahami. Apakah pemaknaannya dikaitkan dengan kalimat
sesudahnya, yaitu bahwa ada orang kafir Mekkah yang beriman kepada Alqur'an. Orang
kafir Mekkah di sini biasanya dipahami sebagai
orang Arab. Jika mengikuti hukum tata bahasa biasa, kata “mereka” yang kedua
masih terkait dengan yang pertama, yaitu orang
yang telah diberikan
Kitab oleh Allah.
Sekali
lagi ditemukan di sini ketidak-jelasan wahyu Allah, meski di dalam Alqur'an banyak wahyu Allah yang menyatakan bahwa Alqur'an itu adalah keterangan yang
jelas. Jadi, di sini ada pertentangan: di satu pihak Allah mengatakan bahwa
wahyu-Nya jelas, di pihak lain terlihat kalau wahyu-Nya tidak jelas.
5. Hal menarik yang terakhir adalah kalimat terakhir: “hanya
orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami”. Siapa yang dimaksud dengan orang kafir dalam kalimat ini? Apakah itu
sama dengan “orang-orang kafir Mekkah” yang ada pada kalimat sebelumnya? Ataukah orang-orang
yang zalim, sebagaimana dimaksud Allah dalam ayat 49? Jika memang orang kafir
Mekkah, kenapa tidak langsung disebutkan sehingga tidak menimbulkan kebingungan
di kemudian hari? Jika memang itu merujuk pada ayat 49, hal ini bertentangan
dengan hukum tata bahasa, kecuali bila tata bahasa Arab memang begitu hukumnya.
Lagi-lagi
wahyu Allah ini tidak jelas, padahal dalam Alqur'an Allah telah mengatakan
bahwa Alqur'an itu adalah kitab yang jelas.
DEMIKIANLAH 5 poin penting hasil penelaahan dengan akal sehat atas wahyu Allah dalam QS al-Ankabut: 47 sebagaimana dikutip di atas. Dari 5 poin tersebut dapatlah disimpulkan bahwa kutipan ayat di atas bukanlah wahyu Allah. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu dan maha sempurna menghasilkan wahyu yang tidak jelas? Jika kutipan ayat di atas bukan wahyu Allah, lantas dari mana kutipan ayat tersebut? Ada banyak ayat dalam Alqur'an yang mengutip pernyataan orang-orang kafir (ini khas dalam Alqur'an) yang menyatakan bahwa Alqur'an merupakan hasil rekayasa Muhammad. Artinya, orang-orang dulu sudah berpikir bahwa apa yang disampaikan atau diwartakan Muhammad adalah karangannya sendiri dengan mengatas-namakan wahyu Allah.
Komentar
Posting Komentar