INILAH BEDA WAHYU MEKKAH DAN WAHYU MADINAH
Tak bisa dipungkiri, agama islam mempunyai wajah ganda. Satu sisi ia berwajah rahmatan lil alamin, di sisi lain dia berwajah teror. Karena itu, ada kelompok islam yang menampilkan wajah terorisme dan intoleran, tapi ada juga kelompok islam yang menampilkan wajah kasih dan damai. Kehadiran dua wajah ini dapat dimaklumi, karena sama-sama lahir dari sumber yang sama, yaitu Alqur’an.
Dalam Alqur’an kita bisa menemukan perbedaan dua wajah ini. Perbedaan itu
tampak dalam surah-surah yang turun di Mekkah (dikenal dengan istilah surah
Makkiyah) dan yang turun di Madinah (dikenal dengan istilah surah Madaniyah).
Berikut ini adalah contoh-contoh perbandingan pesan Allah yang turun di dua
tempat tersebut.
Bersabarlah
terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik
(QS 73: 10) |
Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu (QS 9: 123) |
Untukmulah
agamamu, dan untukkulah agamaku (QS 109: 6) |
Kelak akan
Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah
kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (QS 8: 12) |
Sabarlah
kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbilah dengan memuji Tuhanmu (QS
20: 130) |
Barangsiapa
mencari agama selain islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima, dan di
akhirat dia termasuk orang yang rugi (QS 3: 85) |
Kami telah
mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sesekali bukanlah
seorang pemaksa terhadap mereka (QS 50: 45) |
Bunuhlah
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka (QS 9: 5) Bunuhlah
mereka dimana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari
tempat mereka telah mengusir kamu (QS 2: 191) |
Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah
dari orang-orang bodoh (QS 7: 199) |
Perangilah
mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi, dan ketaatan hanya semata-mata
untuk Allah (QS 2: 193) |
Maafkanlah
(mereka) dengan cara yang baik (QS 15: 85) |
Perangilah
mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan tangan-tanganmu, dan Allah
akan menghina mereka dan menolong kamu (QS 9: 14) |
Katakanlah
kepada orang beriman hendaklah mereka memaafkan orang yang tiada takut akan
hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang
telah mereka kerjakan (QS 45: 14) |
Tak usah
kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan
segolongan dari kamu, niscaya Kami akan mengazab golongan lain (QS 9: 66) |
Janganlah
kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik (QS
29: 46) |
Perangilah
orang-orang yang tak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan
rasul-Nya (QS 9: 29) |
Dari kutipan-kutipan surah-surah di atas, dapat dilihat perbedaan nada
wahyu Allah yang turun di Mekkah dan Madinah. Dalam surah-surah Makkiyah
terlihat jelas wajah kasih dan damai. Umat diajak untuk memiliki sikap sabar
dan pemaaf. Orang kafir dalam surah-surah Makkiyah adalah orang Arab yang masih
menyembah dewa-dewi; orang Yahudi dan kristen bukan orang kafir, tetapi orang
ahli kitab. Sangat jelas terlihat sikap menghargai. Dan umat diminta untuk
tidak memaksakan agamanya, karena “bagimu agamamu, bagiku agamaku”.
Akan tetapi wajah kasih dan damai itu hilang dalam surah-surah yang turun
di Madinah. Wajah yang tampil adalah wajah intoleran dan teror. Ajakan untuk
bersabar dan menjadi pemaaf berubah menjadi ajakan untuk memerangi dan membunuh
orang kafir. Dalam surah-surah Madaniyah orang kafir tidak lagi merujuk pada
orang Arab penyembah dewa-dewi saja, tetapi juga orang Yahudi dan kristen.
Alasannya karena orang Yahudi dan kristen tidak mau menerima Muhammad sebagai
nabi dan tidak mau menerima islam. Sikap menghargai perbedaan, yang ada dalam
surah-surah Makkiyah, berubah menjadi “pemaksaan”: yang tidak terima islam
pasti masuk neraka; hanya islam agama Allah.
Kontradiksi “langit dan bumi” tersebut nyata dalam kehidupan dewasa kini.
Sekelompok teroris dan kelompok intoleran-radikal atas nama agama selalu
menampilkan wajah islamnya, sedangkan kelompok lain selalu mengecam mereka.
Ketika muncul aksi teror dalam bentuk bom bunuh diri dengan mengatas-namakan
jihad, kelompok islam kasih tampil mengecam mereka dengan mengatakan bahwa aksi
teror itu bukanlah islam. Sementara kelompok teror tadi selalu mengatakan
merekalah yang islam.
Tentulah umat non islam selalu dihadapkan pada kebingungan menyikapi dua
kelompok yang saling berbeda namun mengklaim kelompoknya yang paling benar.
Sebenarnya, dua-duanya benar karena kedua kelompok sama-sama menampilkan wajah
islam. Mungkin kedua kelompok ini tidak sadar bahwa islam mempunyai dua wajah.
Ketidak-sadaran akan dua wajah islam ini terlihat dari aksi-aksi saling
menegasi di antara keduanya. Misalnya, ada pernyataan “I am muslim, not
a terrorist” atau “Saya muslim, saya Indonesia, saya bukan teroris.”
Kelompok ini hanya mau menerima wajah islamnya saja dan mengabaikan wajah islam
yang lain. Pengabaian ini membuat mereka mendukung aksi basmi terorisme dan
radikalisme, meski itu berarti juga membasmi satu wajah islam. Sementara
kelompok teroris sendiri seakan selalu membenarkan tindakannya dan menyalahkan
kelompok islam lain yang tak mau ambil bagian dalam aksi mereka.
Komentar
Posting Komentar